Minggu, 22 Agustus 2021

TEKNIK BERKARYA TARI KREASI & PROSEDUR MERANGKAI GERAK TARI KREASI

TEKNIK BERKARYA TARI KREASI

Teknik dan proses gerak tari tradisional bermacam-macam. Beruntunglah Indonesia memiliki keteknikan tari yang berbeda-beda setiap daerahnya. Boleh jadi teknik gerak dan prosesnya sama tetapi memiliki istilah berbeda, tetapi mungkin juga ada yang sama dalam teknik dan prosesnya serta memiliki istilah yang sama.

Apa tolak ukur nilai keindahan karya tari kreasi?

Pemahaman dan pengalaman terhadap teknik gerak tari kreasi adalah dasar untuk mengeksplorasi macam teknik gerak yang dapat dirangkai menjadi sebuah tarian. Penguasaan teknik gerak dasar tari tertentu sekaligus menjadi tolak ukur mengenai nilai keindahannya.

Sebagai contoh teknik tari Bali berbeda dengan teknik tari Jawa, nilai keindahannya pun berbeda. Tidak mungkin seseorang menilai tari Bali dengan teknik keindahan tari Jawa atau sebaliknya.
Teknik gerak dasar ini terdiri dari: gerak kepala, gerak badan, gerak tangan, dan gerak kaki.

Dari keempat teknik ini, kalian dapat mengembangkan dan menerapkan menjadi sebuah kesatuan tarian yang utuh. Nah, untuk lebih jelasnya kalian perhatikan gambar-gambar gerak tari di bawah ini.

1. Teknik gerak kepala

Konsep, Teknik dan Prosedur Karya Tari Kreasi
Konsep, Teknik dan Prosedur Karya Tari Kreasi

2. Teknik gerak badan

Konsep, Teknik dan Prosedur Karya Tari Kreasi
Posisi seperti ini (Gambar 10.6) badan tegak arah hadap ke depan, menurut kamu ini kemana saja badan ini dapat digerakkan? Nah betul, badan ini dapat digerakkan diputar ke kiri, dan diputar ke kanan. Apabila diputar ke ke kanan badan menjadi serong kanan, apabila ke kiri menjadi serong kiri. Gerak badan juga dapat dilakukan ke atas, dan ke bawah. Hampir disetiap tari di Indonesia menggunakan arah hadap yang bervariasi. Gerak badan yang berputar 180o terdapat pada Topeng Cirebon Gaya Losari yang disebut ngelier.
Konsep, Teknik dan Prosedur Karya Tari Kreasi

3. Teknik gerak tangan

Konsep, Teknik dan Prosedur Karya Tari Kreasi

4. Teknik gerak kaki

Konsep, Teknik dan Prosedur Karya Tari Kreasi
Konsep, Teknik dan Prosedur Karya Tari Kreasi

Prosedur Merangkai Gerak Tari Kreasi 

Dari pengalaman sebelumnya yang telah kamu lakukan secara naluriah, sebenarnya kamu telah membuat sebuah karya tari yang secara teoritis mengikuti langkah dan kaidah proses penciptaan tari, seperti yang telah diungkapkan oleh Hawkins (2003) dalam bukunya yang berjudul Creating through the Dance. Adapun langkahnya sebagai berikut.

1. Eksplorasi 

Eksplorasi yaitu pengalaman melakukan penjajakan gerak, untuk menghasilkan teknik gerak. Pada kegiatan ini kamu dipersilahkan untuk berimajinasi dan melakukan penafsiran gerak terhadap apa yang telah dilihat dan didengar. Kamu dapat bebas bergerak mengikuti kata hati, mengikuti imajinasi/daya hayal, dan menafsirkannya ke dalam bentuk gerak.

2. Improvisasi 

Improvisasi yaitu pengalaman secara spontanitas mencoba atau mencari kemungkinan teknik gerak yang telah diperoleh pada waktu eksplorasi. Dari setiap teknik gerak yang dihasilkan pada waktu eksplorasi/pencarian gerak, selanjutnya dikembangkan dari aspek tenaga, ruang, dan waktu sehingga menghasilkan teknik gerak yang sangat banyak.

3. Evaluasi 

Evaluasi  yaitu pengalaman untuk menilai dan menyeleksi teknik gerak yang telah dihasilkan pada tahap improvisasi. Dalam kegiatan ini kalian mulai menyeleksi dengan cara membuat teknik gerak yang tidak sesuai dan memilih teknik gerak yang sesuai dengan gagasannya. Hasil inilah yang akan digarap oleh kalian pada tahap komposisi tari.

4. Komposisi 

Komposisi  yaitu tujuan akhir mencari gerak untuk selanjutnya membentuk tari dari gerak yang kamu temukan.


MAKNA TARI DALAM GERAK TARI DAN MUSIK

 Makna Tari dalam Gerak Tari dan Musik 

Gerak dalam tari terdapat dua jenis, yaitu gerak maknawi dan gerak murni. Gerak murni atau gerak wantah adalah gerak yang disusun dengan tujuan untuk mendapatkan bentuk artistik (keindahan) dan tidak mempunyai makna-makna tertentu. Gerak maknawi (gesture) atau gerak tidak wantah adalah gerak yang mengandung arti atau maksud tertentu dan telah distilisasi, dengan kata lain dari wantah menjadi tidak wantah (Jazuli, 1994). Contoh gerak murni adalah gerak “geol” pada tari Jaipong. Contoh gerak murni lainnya yaitu gerak melompat, atau gerak berputar. Contoh gerak maknawi dalam tari terdapat pada tari Tani, misalnya seorang petani melakukan gerak tandur atau menanam padi. Makna dalam gerak tari berkaitan juga dengan ruang. Desain ruang gerak yang lebar menandakan sebuah kebebasan, ekspresi jiwa yang bebas. Desain ruang gerak dengan desain ruang yang lebar biasanya terdapat pada tari-tari rakyat atau pada tarian yang menceritakan tentang rasa bahagia dan keceriaan, misalnya pada tari “Lenggang Nyai” dari Betawi karya Wiwik Widyastuti. Tari Lenggang Nyai memiliki tempo gerak yang sedang hingga tempo yang cepat. Ruang gerak yang lebar memiliki makna kebebasan, sesuai ide garapannya yaitu menceritakan tokoh Nyai Dasimah yang memilih untuk bebas dari kekangan sosok tuan Edward dan mengejar cintanya.

Tari Lenggang Nyai


Desain ruang yang sempit biasanya terdapat pada tari-tari klasik atau tari-tari yang berkembang di wilayah kerajaan. Desain ruang sempit tersebut terikat aturan nilai-nilai kesopanan yang dianut dalam lingkungan kerajaan. Salah satunya tari Gending Sriwijaya yang merupakan tarian dari Sumerta Selatan. Tarian ini menggambarkan keagungan kerajaan Sriwijaya. Desain ruang gerak yang sempit dalam garapan tari modern atau kontemporer dapat juga menggambarkan ekspresi keterkekangan, kesedihan serta kemalangan. Makna tari dapat dilihat berdasarkan intensitas tenaga dalam sebuah gerak. Besar kecilnya tenaga dan cara bagaimana dikeluarkan, menentukan kualitas ekspresi dari bagian setiap gerak (Hawkins, 2003). Tari dengan intensitas tenaga yang besar dan kuat menggambarkan juga sosok yang kuat dan gagah sesuai dengan karakter tokoh tarinya, misalnya pada tari Ngremo, intensitas gerak yang kuat memiliki makna bahwa tokoh yang diperankan menggambarkan semangat kepahlawanan. Intensitas gerak yang lemah dan lembut memiliki makna kelembutan dan kebaikan, seperti pada gerak-gerak tari yang menggambarkan sosok seorang putri kerajaan. 


Makna Tari dalam Elemen Musik 

Fungsi musik dalam tari dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu musik sebagai pengiring tari, musik sebagai pemberi suasana tari dan musik sebagai ilustrasi atau pengantar tari (Jazuli, 1994). Musik dalam tari terdapat dua jenis, yaitu musik instrinsik dan musik ekstrinsik. Musik intrinsik merupakan musik yang berasal dari bagian tubuh penari, misalnya berupa nyanyian yang dinyanyikan oleh penari, tepukan tangan atau suara yang berasal dari properti tari yang digunakan seperti gelang tangan atau gelang kaki. Contoh tari yang menggunakan musik intrinsik adalah tari Ratoeh Jaroe, karena dalam tarian tersebut penari melakukan gerakan sambil menyanyi. Suara hentakan tangan pada anggota tubuh seperti dada, juga menghasilkan suara sebagai penanda tempo gerak. Musik ekstrinsik merupakan musik yang berasal dari alat-alat musik pengiring tari, seperti alat musik pada gamelan Sunda atau Jawa. Pada masa modern saat ini, musik ekstrinsik dapat berupa audio dari rekaman kaset atau mp3. Musik pada pertunjukan tari memiliki fungsi yaitu sebagai pengiring tari dan pemberi suasana pada tari. Dalam kepercayaan masyarakat tertentu beberapa alat musik memiliki makna yang berkaitan dengan fungsi tari. Masyarakat tertentu percaya bahwa alat musik menjadi sarana untuk menghubungkan dunia manusia dengan leluhurnya, contohnya yaitu alat musik Tarawangsa pada upacara Seren Taun di Sumedang Jawa Barat.

UNSUR-UNSUR GERAK TARI

UNSUR-UNSUR GERAK TARI DIBEDAKAN MENJADI :

1. Tenaga 

 Secara umum tenaga dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan aktivitas kehidupannya di muka bumi ini. Dengan tenaga, melahirkan adanya gerakan atau aktivitas. Tenaga digunakan untuk mengawali, mengendalikan, dan menghentikan gerak. Tenaga juga yang membedakan adanya gerak  yang bervariasi. Penggunaan tenaga tentu disesuaikan dengan kebutuhan aktivitasnya masing-masing. Demikian pula halnya penggunaan tenaga untuk kebutuhan gerak dalam tari. Penggunaan tenaga pada setiap gerak dalam setiap tarian tentu berbeda. Hal ini disebabkan oleh banyak hal di antaranya jenis dan karakter tarian. Melalui penggunaan tenaga akan dapat membedakan tarian yang berbeda seperti tari halus, tari ladak, dan tari gagah. Salah satu keberhasilan penari di atas pentas dalam membawakan tarian adalah dengan penerapan tenaga secara proporsional. Artinya, pada bagian mana si penari membawakan tarian dengan menggunakan tenaga besar atau kuat dan pada bagian mana harus menggunakan tenaga lembut atau halus, dan sebagainya. Sebagai contoh untuk tarian yang karakternya halus atau lungguh seperti tokoh Arjuna atau tokoh Sinta, penggunaan tenaga relatif tidak besar atau kuat, tetapi sebaliknya untuk mengungkapkan atau membawakan tarian yang berkarakter gagah seperti Rahwana/Klana, digunakan tenaga yang besar atau kuat. Namun demikian, tidak berarti bahwa tarian yang gagah harus ditarikan dengan tenaga kuat dari awal sampai akhir tarian atau sebaliknya tarian yang karakter halus harus dibawakan dengan lemah lembut. Baik tenaga kuat maupun tenaga lembut keduanya dalam tari digunakan sesuai dengan kebutuhan ungkapan tarian seperti karakter, tema, dan yang lainnya. Oleh karena itu, penggunaan tenaga yang proporsional akan melahirkan serta membedakan jenis tarian yang satu dengan tari yang lainnya. 

Penggunaan tenaga dalam tari meliputi tiga aspek, yaitu sebagai berikut.

 a. Intensitas, yaitu banyaknya atau sedikitnya penggunaan tenaga yang dilakukan oleh penari sehingga menghasilkan tingkatan ketegangan. 

b. Aksen, yaitu perubahan gerak dengan penggunaan tenaga secara tiba-tiba dan kontras. 

c. Kualitas, yaitu efek gerak yang diakibatkan oleh cara penggunaan atau penyaluran tenaga. Ketiga aspek tersebut masing-masing digunakan untuk memenuhi kebutuhan tuntutan sebuah tarian. Oleh karena itu, baik intensitas gerak, aksen maupun kualitas merupakan pengolahan bentuk ekspresif gerak dari sebuah tarian, agar tarian dapat dinikmati dengan indah. 

2. Ruang 

Pengertian ruang dalam tari adalah tempat yang digunakan untuk kebutuhan gerak. Gerak yang dilakukan dalam ruang dapat dibedakan ke dalam ruang yang digunakan untuk tempat pentas dan ruang yang diciptakan oleh penari. Pengertian ruang secara umum diartikan ke dalam dua hal, yaitu:  

a. Ruang sebagai tempat pentas yaitu tempat penari dalam melakukan gerakan sebagai wujud ruang secara nyata, yaitu merupakan arena yang dilalui oleh penari saat menari. Pengertian ruang di sini dapat berupa arena dan panggung proscenium atau tempat pertunjukan lainnya. 

 b. Ruang yang diciptakan oleh penari ketika membawakan tarian. Gerak yang besar tentu menggunakan ruang yang luas, dan gerak yang kecil akan menggunakan ruangan yang tidak luas. Contohnya, ketika penari harus menirukan gerak burung terbang tentu ruang yang digunakan akan lebih luas atau besar dan akan berbeda ketika penari menirukan gerak semut berjalan, tentu ruang gerak yang digunakan lebih kecil. 

 Cara penggunan ruang dalam tari dapat dilihat dari beberapa segi yaitu garis, volume, arah, dan level. (1) Garis yaitu kesan yang ditimbulkan setelah penari selesai menggerakkan tubuhnya. Garis ini dapat ditimbulkan oleh badan penari dan atau di luar badan penari. Gerak yang ditimbulkan oleh badan penari yaitu gerak yang dihasilkan dari seluruh anggota badan seperti tangan, badan, kepala, kaki dan sebagainya. Dari bentuk-bentuk garis tubuh dan anggota tubuh tersebut akan menghasilkan desain-desain gerak dan garis yang masingmasing memiliki kesan tersendiri. 

a) Desain vertikal yaitu disain yang menggunakan anggota badan pokok yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas, atau ke bawah. Desain ini memberi kesan egosentris dan menyerah, 

 b) Desain horizontal, yaitu desain yang menggunakan sebagian besar dari anggota badan mengarah ke garis horizontal. Kesan yang muncul adalah kesan mencurah. Desain lurus, yaitu desain yang menggunakan garis-garis lurus pada anggota badan seperti tungkai, torso dan lengan. Desain ini memberi kesan kesederhanaan dan kokoh, 

 c) Desain lengkung, yaitu desain dari badan dan anggota-anggota lainnya yang menggunakan garis-garis lengkung. Desain ini memberi kesan halus dan lembut. Gerak-gerak di luar badan penari dapat berupa garis-garis seperti garis diagonal, garis lengkung, garis lurus, garis lingkaran, dan sebagainya seperti tampak dalam gambar di bawah. 



(2) Volume, yaitu jangkauan gerak yang digunakan oleh penari ketika menari. Seperti volume gerak kecil, volume gerak besar, dan volume gerak sedang yang dihasilkan oleh anggota badan. 

 (3) Arah, yaitu arah hadap dan arah pandangan penari ketika menari. Arah hadap penari dapat ke samping kanan-kiri, arah ke depan, arah ke belakang, arah serong depan kanan-kiri, arah serong belakang kanan-kiri, dan sebagainya. 

 (4) Level, yaitu berhubungan dengan tinggi rendahnya gerak dari badan penari, dan tinggi rendahya badan penari ketika menari. Terdapat tiga jenis level yang lazim digunakan dalam tari yaitu level tinggi. Pada level ini, gerak yang dilakukan di atas badan penari. Level sedang yaitu gerak yang dilakukan berkisar di bawah bahu sampai perut, dan level rendah yaitu gerak yang dilakukan dari perut ke bawah. Penggunaan level-level tersebut dapat digunakan pula dengan cara meninggikan atau merendahkan tubuh dari bentuk tubuh yang normal. 

(5) Fokus, yaitu sudut pandang penari pada saat melakukan gerak di atas pentas sesuai dengan tuntutan geraknya. Terdapat fokus dekat, fokus jauh, dan fokus sedang. Ketiga fokus atau sudut pandang ini akan berpengaruh besar terhadap kemampuan penari dalam pengungkapan karakter tokoh tarian yang dibawakan. 

3. Waktu 

Unsur waktu merupakan elemen tari yang tidak dapat diabaikan. Unsur waktu dalam tari, penggunaannya berkaitan erat dengan unsur lainnya yaitu gerak, tenaga, dan ruang. Keempat unsur tersebut saling menunjang satu dengan yang lainnya, sehingga tarian akan tampak lebih hidup atau dinamis. Penggunaan waktu dalam gerak tari, yaitu berkaitan dengan penyelesaian sebuah gerakan. Misalnya, untuk gerak berjalan sambil kaki jinjit dapat dilakukan dengan gerak lambat, gerak cepat atau gerak sedang. Oleh karena itu, waktu dalam tari terkait dengan ritme atau irama yang sekaligus memberikan nafas sehingga tari tampak hidup. 

 Dalam tari terdapat gerakan dengan ritme atau irama cepat, ritme atau irama sedang, dan ritme atau irama cepat yang harus diselesaikan oleh si penari. Contoh dalam tari tradisi terdapat gerak keupat anca dan terdapat pula gerak keupatgancang. Kedua jenis keupat ini geraknya sama, namun aplikasinya dalam tari dapat dilakukan dengan tempo atau ritme yang berbeda. Tentu saja hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan tari itu sendiri. Demikian pula dengan gerak-gerak yang lain dalam tari tradisi atau tari lainnya, untuk gerak yang sama dapat dilakukan dengan ritme yang berbeda sesuai dengan kebutuhan ungkap gerak, sehingga tarian tidak terkesan monoton. Jika kita perhatikan, maka gerakan yang dilakukan dengan ritme yang cepat dapat memberikan kesan aktif dan menggairahkan, sedangkan gerakan yang dilakukan dengan ritme lambat memberikan kesan tenang dan agung atau bahkan sebaliknya dapat menimbulkan kejenuhan (membosankan). Namun demikian, setiap tarian terjadi tidak seluruhnya harus dibawakan dengan ritme cepat atau ritme lambat. Suatu tarian sebaiknya dibawakan dengan ritme yang bervariasi, sehingga suatu tarian tampak lebih menarik, dan lebih dinamis. 

Senin, 02 Agustus 2021

PENGELOMPOKAN JENIS GERAK TARI

 Perlu ditegaskan kembali bahwa tari merupakan salah satu bentuk seni yang dapat dinikmati secara visual. Melalui sebuah karya tari kita dapat menikmati tidak hanya melalui gerak-gerak yang indah, tetapi kita juga melihat busananya, riasnya, property, penarinya, dan sebagainya. Namun dari keseluruhan itu, ungkapan gerak merupakan medium utama dalam tari, karena gerak merupakan bahan baku atau substansi dasar dari tari. Gerak sebagai substansi dasar adalah gerak badani yang dihasilkan dari seluruh anggota badan. Gerak-gerak badani sebagai gerak trai tentu bukan gerak realistik dalam kegiatan keseharian seperti gerak bekerja, gerak bermain, gerak olahraga dan sebagainya, namun gerak sebagai bahan dasar tari adalah gerak yang telah diberi bentuk ekspresif. Gerak ekspresif menurut Suzanna K. Langer dalam Soedarsono (1972) adalah gerak-gerak yang indah yang dapat menggetarkan perasaan manusia. Gerak-gerak yang indah adalah gerak yang distilir.


Gerak untuk kebutuhan tari tidak lepas dari sentuhan pengalaman-pengalaman hidup manusia, namun gerak yang digunakan telah mengalami pengolahan stilisasi atau distorsi. Melalui pengolahan atau eksplorasi inilah maka lahir gerak tari. Gerak-gerak yang lahir adalah gerak-gerak yang telah di proses atau dieksplorasi melalui stilisasi, dikomposisikan dan disusun berdasarkan kebutuhan ungkapan tarian berdasarkan tema, cerita, komposisi, koreografi, kinestetik dan sebagainya.

Gambar 1. Gerak dalam pertunjukan tari


Terdapat dua jenis gerak dalam tari, yaitu pertama gerak yang diungkapkan melalui gerak-gerak maknawi. Gerak maknawi adalah gerak-gerak yang mempunyai arti dengan simbol-simbol maknawi melalui pengungkapan imitatif dan interpretatif. Gerak-gerak maknawi yang dibawakan secara imitatif dan interpretatif melalui simbol-simbol maknawi tersebut disebut gesture. Kedua adalah gerak murni, yaitu gerak yang lebih mengutamakan keindahan dan tidak menyampaikan pesan maknawi. Kedua jenis gerak tersebut merupakan manifestasi dan pengalaman para seniman tari yang diolah kedalam gerak sehingga menjadi satu kompoisis atau koreografi yang terpadu menjadi satu kesatuan yang artistik dan harmonis.

Beberapa contoh gerak maknawi yang terdapat dalam tari tradisi Sunda diantaranya, Inyawang, keupta, sembah, samburan, sumberan, dan sebagainya. Gerak nyawang mempunyai makna melihat kearah yang lebih jauh, gerak sembah mempunyai makna penghormatan, gerak jangkung ilo mempunyai makna menimbang-nimbang rasa dan sebagainya. 

Gerak-gerak murni diantaranya yaitu ukel, godeg, capang, ulap-ulap, pacak jangga, miwir sampur atau jiwir sinjang dan sebagainya. Gerak-gerak tersebut tidak mempunyai makna tapi merupakan gerak yang sangat diperhitungkan dari segi estetikanya atau keindahannya, sehingga traian tampak luwes dan menarik. Gerak yang indah tidak identik dengan gerak yang bagus, tetapi gerak-gerak yang kuat, kasar keras, penuh dengan tekanan-tekanan serta gerak aneh dapat sebagai ungkapan gerak tari yang indah.


Gerak sebagai medium pokok dalam trai mempunyai 3 unsur yang perlu diperhatikan, yaitu volume, garis, dan bentuk.

1. Volume merupakan satu kesan ruang yang timbul oleh kedudukan anggota tubuh

2. Garis merupakan posisi anggota yang membentuk kesan-kesan garis dalam suatu posa

3. Bentuk adalah keseluruhan pose gerak pada saat perhenti


Didalam tari, setiap gerakan mengandung watak tertentu. Dengan demikian, setiap gerak yang diungkapkan oleh seorang penariakan menimbulkan kesan tertentu kepada penontonnya. Watak gerak berbeda dengan makna gerak, walaupun keduanya sering terpadu didalam suatu gerak. Misalnya jika seorang penari akan menggambarkan menangis, ia akan menggunakan gerak maknawi dengan menutup muka serta mengecilkan badannya. Dengan gerak semacam ini, penonton akan lebih mudah mendapat kesan, bahwa penari itu sedang menggambarkan menangis. Kesan ini menjadi lebih jelas dan dalam lagi karena penari mengecilkan atau mengerutkan badannya dengan menekuk tungkainya serta sedikit membungkukkan badannya kelantai dalam posisi lengan tertutup.


Gerak yang diperkecil atau dikerutkan mempunyai watak sedih, menyerah, tidak berdaya serta takut. Dengan demikian penari tersebut akan berhasil didalam mengungkapkan gerak menangis atau kesedihan apabila memadukan gerak maknawi tangan yang menutup muka dengan tubuh serta anggota-anggota badan yang diperkecil atau dikerutkan.


Jika kita cermati lebih jauh dilihat dari garis-garis geraknya, secara garis besar gerak tari dapat dibagi menjadi dua yaitu gerak simetris dan gerak asimetris. Garis-garis yang simetris mempunyai watak sederhana, kokoh, tenang namun akan membosankan bila terlalu sering digunakan. Garis-garis asimetris memiliki wakat kurang kokoh, tetapi dinamis dan menarik. Dengan adanya garis gerak yang memiliki perbedaan watak, maka agar garapan seorang koreografer tetap menarik dianjurkan untuk lebih banyak menggunakan garis-garis tidak simetris.


Garis-garis gerak juga masih dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni garis-garis silang atau akan bertemu dan garis-garis terpisah atau searah. watak gerak pada garis-garis silang penuh energi, sedangkan garis terpisah memiliki watak halus dan lembut. Perpaduan antara watak gerak berdasarkan garis simetris dan tidak simetris serta garis silang dan tidak silang akan menimbulkan perwatakan baru. Disamping itu gerak-gerak trai dapat dibedakan berdasarkan volume gerak, yang dapat dibagi menjadi tiga, yakni volume besar, sedang dan kecil. Volume besar atau terbuka mempunyai watak kelaki-lakian, volume kecil atau tertutup mempunyai watak kewanitaan, dan volume sedang memberikan kesan kelaki-lakian yang halus atau kewanitaan yang kelaki-lakian atau lebih berkesan feminim.

KONSEP TARI KREASI

Karya tari adalah produk dari masyarakat. Dalam karya tari akan tercermin budaya masyarakat penyangganya. Berbagai tari tentunya sudah kita tonton, ada trai nelayan, tari tarni, tari berburu, dan tari metik teh. Dari pengamatan itu kita sudah bisa menduga bahwa tari nelayan terlahir dari masyarakat pelaut dan tari tani lahir dari masyarakat petani. tari tersebut tercipta oleh para seniman dengan stimulus lingkungan sekitarnya, sehingga mendorong untuk meniru, gerak-gerak alami, selanjutnya diolah dengan 'digayakan' untuk menjadi sebuah tari. Proses pengolahan gerak itu dilakukan dengan cara penggayaan untuk memperindah (stilatif) atau bisa juga dengan merombak gerak sehingga berbeda dari gerak asalnya (distortif). Dari contoh trai tani dan trai nelayan, kita bisa menarik simpulan bahwa tari ternyata bisa terlahir dari peniruan atau imitatif, sama hal nya dengan tari merak dari Sunda dan tari Cendrawasih dari Bali, yang tercipta oleh seniman karena ketertarikannya pada keindahan dan perilaku binatang-binatnag tersebut serta menjadi sumber inspirasi dalam berkarya tari. Dari dua contoh tersebut terdapat perilaku manusia dan peniruan perilaku binatang yang selanjutnya 'digayakan' atau diperindah untuk keperluan tari. 


Selain dari tari-tari yang bersifat imitatif, terdapat pula tari yang menggambarkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita, seperti gatotkaca tokoh pahlawan dalam cerita wayang Mahabarat, atau Hanoman tokoh pahlawan dalam cerita Ramayana. Penggambaran tokoh-tokoh tersebut dalam tari Sunda, Jawa dan Bali memiliki persamaan dalam busana dan gerak tari dengan karakternya yang gagah. Apabila disandingkan busana tari Gatotkaca Jawa dan Gatotkaca Sunda tidak terlihat perbedaannya. Begitu pula busana tari hanoman Jawa dan busana tari Hanoman Bali, busananya memiliki kemiripan. Akan tetapi, apabila sudah bergerak akan terlihat perbedaannya. Perbedaannya bukan hanya dari iringannya saja, tetapi perpaduan komposisi geraknya juga berbeda. Dalam hal ini terjadi perbedaan cita rasa seniman dalam mengekspresikan tokoh-tokoh pahlawan tersebut dan menerjemahkan dalam karya tari. Dari sisi ini kita bisa memperoleh pembelajaran bahwa sebuah karya tari bisa bersumber dari cerita dan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita bisa diwujudkan dalam karya tari. Tentu saja mewujudkan tokoh dalma karya tari memerlukan pemahaman pada sifat tokoh berdasarkan pada ceritera, lalu dioalh menjadi gerak yang 'digayakan' berdasarkan persepsi penciptanya. Ternyata, dari sumber yang sama mengahsilkan tari yang berbeda gaya.


Dari pengamatan terhadap tari diatas, kita bisa memahami bahwa tari tercipta karena berbagai asal stimulus (penglihatan, pendengaran perasaan) yang tercurahkan dalam bentuk tari dengan konsep :

1. peniruan terhadap perilaku alam, manusia dan binatang

2. perwujudan tokoh cerita

3. mengacu lagu atau guru lagu


Terdapat hal umum mengenai tari yang medianya gerak, yaitu memiliki tenaga, ruang dan waktu. Komposisi atau perpaduan ruan, tenaga dan waktu yang dieklola pencipta dalam berkarya tari akan menumbuhkan tata tari yang unik. Penafsiran yang ebrbeda terhadap peristiwa  alam dan tokoh dalam sebuah cerita, melahirkan gaya tari yang berlainan. Hal tersebut dipengaruhi salah satunya pengalaman berkarya senimannya, sesuai dengan pepatah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Nilai sebagai acuan baik buruk bagi sebuah masyarkat akan mewarnai produknya termasuk tari. Dengan demikian, sangat tidak mungkin kita menilai keindahan tari Bali dengan konsep keindahan tari Jawa atau konsep keindahan yang dimiliki etnis lainnya. Dibawah ini terdapat foto dari tari karya yang mengembangkan unsur tenaga, ruang dan waktu dari tema lingkungan.

Gambar 1. Gerak dengan unsur tenaga kuat

Dari gambar diatas, tampak tampilan teknik gerak trai yang menggabungkan ciri khas tari beragam etnis. Teknik gerak kaki dari tari Papua mewarnai karya tari ini. Memang sangat membanggakan Indonesia memiliki teknik gerak tari yang berbeda antar etnis satu sama lainnya. Ada yang bergerak selalu bertepatan dengan ketukan (on beat), ada yang dilakukan dengan gerak yang mendahului ketukan atau malahan sebaliknya, adapula gerak yang dilakukan dengan tenaga yang sedang atau kuat. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh tenaga yang digerakkan, ruang gerak dan waktu melakukannya yang berbeda-beda. 

Gerak tari memiliki unsur tenaga yang kuat, gerak dilakukan secara rampak oleh para penari. seorang penari yang diangkat oleh penari lainnya seperti mengangkat sebuah benda berat yang memiliki arti tenaganya kuat. Tenaga yang digunakan oleh penari untuk menyangga temannya tentu lebih besar dibandingkan dengan tenaga penari yang berada diatas. Kekuatan tenaga menahan temannya tertumpu pada kedua tangan. Begitu pula dalam setiap melakukan gerak, tentunya diperlukan sebuah tenaga. Penggunaan tenaga memiliki intensitas kuat, sedang dan lemah tergantung cara penggunaan atau penyaluran tenaga.

Gambar 2. Pose gerak tangan membuka lebar

Gerak tari pada gambar 2, pose gerak menunjukkan ruang gerak luas yang terlihat antara badan dan lengan yang dilakukan penari secara berkelompok. Masing-masing penari melakukan ruang gerak yang sama. Gerak didalam ruang dapat dilakukan sendiri, berpasangan atau kelompok.

Selain gerak memerlukan tenaga, ruang, gerak juga memerlukan waktu. Setiap gerak yang dilakukan membutuhkan waktu. Perbedaan cepat, lambat gerak berhubungan dengan tempo. jadi, tempo merupakan cepat atau lambat gerak yang dilakukan. Fungsi tempo pada gerak tari untuk memberikan kesan dinamis sehingga tarian enak untuk dinikmati.

Gambar 3. Gerak hormat yang ditampilkan dengan tempo dan level yang berbeda

Pose gerak hormat diantara penari yang satu dengan penari yang lainnya berbeda. Penari yang satu dilakukan dengan tempo yang cepat, sementara penari berikutnya dengan tempo yang lambat sehingga menghasilkan tempo yang berbeda dengan melakukan gerakan yang sama.








MAKNA TARI

 Makna Tari Berdasarkan Fungsi di Masyarakat Tari adalah sebuah produk budaya yang merupakan kesatuan yang utuh dengan elemen lainnya, seni tari erat kaitannya dengan cabang seni lain seperti seni musik dan seni rupa. Setiap karya tari juga memiliki makna tersendiri bagi masyarakat. Makna pada tari berkaitan dengan pesan-pesan, nilai, dan juga alasan mengapa tari tersebut dibuat, hal itu tentunya berkaitan juga dengan fungsi tari. Oleh karena itu makna tari tidak bisa terlepas begitu saja dari fungsinya di masyarakat. Fungsi tari di Indonesia digolongkan menjadi empat bagian, yaitu fungsi upacara, fungsi hiburan, fungsi pertunjukan dan fungsi sebagai media pendidikan (Jazuli, 1994). Fungsi tari yang paling dikenal oleh masyarakat saat ini terbagi menjadi tiga fungsi, yaitu sebagai upacara, hiburan dan pendidikan. Tari memiliki fungsi sebagai sarana upacara yang erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat, yaitu ritual keagamaan atau kepercayaan seperti animisme, totemisme dan dinamisme. Contoh tari yang erat kaitannya dengan ritual keagamaan adalah tari Hudoq dari Kalimantan. Makna tari Hudoq yang berkaitan dengan fungsinya terdapat pada aspek waktu pelaksanaan tari Hudoq serta properti yang digunakan. Tari Hudoq tidak dapat ditarikan di sembarang waktu, tari Hudoq biasanya dilaksanakan hanya pada saat tertentu seperti saat memasuki masa tanam padi di ladang. Busana tari Hudoq juga berkaitan dengan fungsi serta makna tari dalam masyarakat suku Dayak. Busana yang menggunakan daun pisang melambangkan keabadian, keselamatan, kesuburan dan kesuksesan (Herjayanti: 2014). Busana dalam tari Hudoq juga tidak bisa digantikan oleh material lain, misalnya daun kelapa atau daun singkong, karena makna tari akan berubah dan fungsi tari sebagai upacara pun menjadi tidak sakral. Keberadaan Hudoq memiliki makna kebaikan dilihat dari elemen tata busana serta waktu pertunjukannya, karena Hudoq dianggap dapat menghilangkan wabah-wabah penyakit, baik penyakit pada tanaman maupun wabah penyakit dan energi buruk pada manusia. Seiring perkembangan zaman, makna dalam busana itu tidak lagi dianggap penting saat Hudoq telah berkembang menjadi sebuah tarian hiburan. Busana Hudoq dibuat dengan daun pisang tiruan yang terbuat dari kain. Hudoq tidak lagi harus ditampilkan pada kegiatan upacara. Kini Hudoq seringkali ditampilkan dalam acara-acara hiburan ataupun promosi pariwisata daerah Kalimantan.


Tari sebagai media hiburan merupakan fungsi tari yang saat ini seringkali ditemui di masyarakat. Bahkan terdapat beberapa jenis tari yang awalnya berfungsi sebagai sarana upacara kini beralih fungsi menjadi hiburan, misalnya Tari Pendet di Bali. Pada zaman dahulu, tari Pendet merupakan tarian pura yang fungsinya untuk memuja para dewa-dewi yang berdiam di pura selama upacara odalan berlangsung (Kusmayati dkk, 2003). Makna pendet sebagai tari upacara nampak pada gerak-gerak maknawi seperti gerak sembah dan menabur bunga sebagai simbol penghormatan kepada Dewa. Seiring perkembangan zaman, saat ini tari Pendet kerap kali menjadi hiburan dalam acara-acara promosi pariwisata atau acara-acara penyambutan tamu.

                                                  Gambar 1. Tari Hudoq saat upacara adat

Tari hiburan awalnya berkembang di lingkungan sosial masyatrakat sebagai tari pergaulan. Salah satu contohnya adalah tari Doger Kontrak. Doger muncul pada masa pemerintahan Hindia-Belanda pada tahun 1870-an. Aktualisasi dari tari Doger di perkebunan mengalami kemajuan pesat sejak diberlakukan Undang-undang Agraria (Agraris-chewet), untuk memenuhi kebutuhan hiburan di akhir pekan (Herdiani, 2014). Seiring perkembangan teknologi yang sejalan dengan kemajuan dalam bidang pertelevisian dan sosial media, bidang tari sebagai hiburan masyarakat dapat dengan mudah disaksikan di berbagai stasiun televisi. Saat ini seni tari juga kerap kali menjadi pendukung pertunjukan lain dalam sebuah penampilan musik, yang dikenal dengan penari latar. Akibat fenomena tersebut, banyak bermunculan sanggar maupun perusahaan jasa tari atau yang dikenal dance company sebagai penyedia jasa tari sebagai media hiburan. Tari bagi senimannya menjadi sebuah mata pencaharian, sedangkan tari bagi penontonnya memiliki fungsi sebagai media hiburan. Untuk memenuhi tuntutan pasar, fungsi tari sebagai hiburan maupun tontonan selalu mengedepankan kualitas serta trend yang berlaku sesuai zamannya. Makna tari yang erat kaitannya dengan fungsi saat ini dapat terlihat dalam desain gerak, musik, busana dan tata rias. Gerak, musik, tata rias dan busana yang ditampilkan merupakan hasil cipta kreatif dan tidak terpaku aturan-aturan baku dalam kaidah tari tradisi. Tata rias dan tata busana yang digunakan merupakan karya kreatif yang bertujuan memanjakan mata penonton (eye cathing) dengan warna dan bentuk yang unik. Fungsi tari sebagai media pendidikan, memiliki pengertian bahwa seni tari merupakan sarana bagi masyarakat untuk dapat belajar memperoleh pengetahuan serta nilai-nilai melalui seni tari. Fungsi tari sebagai media pendidikan salah satunya adalah menjadi materi dalam pembelajaran seni tari di sekolah, contohnya tari-tari pendidikan untuk anak yang bertemakan lingkungan, seperti tari Semut dan tari Kupu–kupu, dengan mempelajari tari Kupu-kupu peserta didik dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik dan percaya diri. Selain itu, peserta didik juga dapat mengetahui disiplin ilmu lain yaitu ilmu pengetahuan alam yang menceritakan proses metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu melalui tari.


                                                               Gambar 2. Tari Pendet


MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA

 MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA  Menurut Alma Hawkins (1990) dalam buku “Mencipta Lewat Tari (Creating Trough Dance )”, terdapat beberapa tah...