UNSUR-UNSUR GERAK TARI DIBEDAKAN MENJADI :
1. Tenaga
Secara umum tenaga dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas kehidupannya di muka bumi ini. Dengan tenaga, melahirkan adanya
gerakan atau aktivitas. Tenaga digunakan untuk mengawali, mengendalikan,
dan menghentikan gerak. Tenaga juga yang membedakan adanya gerak yang bervariasi. Penggunaan tenaga tentu disesuaikan dengan kebutuhan
aktivitasnya masing-masing. Demikian pula halnya penggunaan tenaga untuk
kebutuhan gerak dalam tari. Penggunaan tenaga pada setiap gerak dalam
setiap tarian tentu berbeda. Hal ini disebabkan oleh banyak hal di antaranya
jenis dan karakter tarian. Melalui penggunaan tenaga akan dapat membedakan
tarian yang berbeda seperti tari halus, tari ladak, dan tari gagah.
Salah satu keberhasilan penari di atas pentas dalam membawakan tarian
adalah dengan penerapan tenaga secara proporsional. Artinya, pada bagian
mana si penari membawakan tarian dengan menggunakan tenaga besar atau
kuat dan pada bagian mana harus menggunakan tenaga lembut atau halus, dan
sebagainya. Sebagai contoh untuk tarian yang karakternya halus atau lungguh
seperti tokoh Arjuna atau tokoh Sinta, penggunaan tenaga relatif tidak besar
atau kuat, tetapi sebaliknya untuk mengungkapkan atau membawakan tarian
yang berkarakter gagah seperti Rahwana/Klana, digunakan tenaga yang besar
atau kuat. Namun demikian, tidak berarti bahwa tarian yang gagah harus
ditarikan dengan tenaga kuat dari awal sampai akhir tarian atau sebaliknya
tarian yang karakter halus harus dibawakan dengan lemah lembut. Baik
tenaga kuat maupun tenaga lembut keduanya dalam tari digunakan sesuai
dengan kebutuhan ungkapan tarian seperti karakter, tema, dan yang lainnya.
Oleh karena itu, penggunaan tenaga yang proporsional akan melahirkan serta
membedakan jenis tarian yang satu dengan tari yang lainnya.
Penggunaan
tenaga dalam tari meliputi tiga aspek, yaitu sebagai berikut.
a. Intensitas, yaitu banyaknya atau sedikitnya penggunaan tenaga yang
dilakukan oleh penari sehingga menghasilkan tingkatan ketegangan.
b. Aksen, yaitu perubahan gerak dengan penggunaan tenaga secara tiba-tiba
dan kontras.
c. Kualitas, yaitu efek gerak yang diakibatkan oleh cara penggunaan atau
penyaluran tenaga.
Ketiga aspek tersebut masing-masing digunakan untuk memenuhi
kebutuhan tuntutan sebuah tarian. Oleh karena itu, baik intensitas gerak, aksen
maupun kualitas merupakan pengolahan bentuk ekspresif gerak dari sebuah
tarian, agar tarian dapat dinikmati dengan indah.
2. Ruang
Pengertian ruang dalam tari adalah tempat yang digunakan untuk
kebutuhan gerak. Gerak yang dilakukan dalam ruang dapat dibedakan ke
dalam ruang yang digunakan untuk tempat pentas dan ruang yang diciptakan
oleh penari. Pengertian ruang secara umum diartikan ke dalam dua hal, yaitu:
a. Ruang sebagai tempat pentas yaitu tempat penari dalam melakukan
gerakan sebagai wujud ruang secara nyata, yaitu merupakan arena yang
dilalui oleh penari saat menari. Pengertian ruang di sini dapat berupa arena
dan panggung proscenium atau tempat pertunjukan lainnya.
b. Ruang yang diciptakan oleh penari ketika membawakan tarian. Gerak
yang besar tentu menggunakan ruang yang luas, dan gerak yang kecil akan
menggunakan ruangan yang tidak luas. Contohnya, ketika penari harus
menirukan gerak burung terbang tentu ruang yang digunakan akan lebih
luas atau besar dan akan berbeda ketika penari menirukan gerak semut
berjalan, tentu ruang gerak yang digunakan lebih kecil.
Cara penggunan ruang dalam tari dapat dilihat dari beberapa segi yaitu
garis, volume, arah, dan level.
(1) Garis yaitu kesan yang ditimbulkan setelah penari selesai menggerakkan
tubuhnya. Garis ini dapat ditimbulkan oleh badan penari dan atau di luar
badan penari. Gerak yang ditimbulkan oleh badan penari yaitu gerak
yang dihasilkan dari seluruh anggota badan seperti tangan, badan, kepala,
kaki dan sebagainya. Dari bentuk-bentuk garis tubuh dan anggota tubuh
tersebut akan menghasilkan desain-desain gerak dan garis yang masingmasing memiliki kesan tersendiri.
a) Desain vertikal yaitu disain yang menggunakan anggota badan pokok
yaitu tungkai dan lengan menjulur ke atas, atau ke bawah. Desain ini
memberi kesan egosentris dan menyerah,
b) Desain horizontal, yaitu desain yang menggunakan sebagian besar
dari anggota badan mengarah ke garis horizontal. Kesan yang muncul
adalah kesan mencurah. Desain lurus, yaitu desain yang menggunakan
garis-garis lurus pada anggota badan seperti tungkai, torso dan lengan.
Desain ini memberi kesan kesederhanaan dan kokoh,
c) Desain lengkung, yaitu desain dari badan dan anggota-anggota lainnya
yang menggunakan garis-garis lengkung. Desain ini memberi kesan
halus dan lembut.
Gerak-gerak di luar badan penari dapat berupa garis-garis seperti garis
diagonal, garis lengkung, garis lurus, garis lingkaran, dan sebagainya seperti
tampak dalam gambar di bawah.
(2) Volume, yaitu jangkauan gerak yang digunakan oleh penari ketika menari.
Seperti volume gerak kecil, volume gerak besar, dan volume gerak sedang
yang dihasilkan oleh anggota badan.
(3) Arah, yaitu arah hadap dan arah pandangan penari ketika menari. Arah
hadap penari dapat ke samping kanan-kiri, arah ke depan, arah ke
belakang, arah serong depan kanan-kiri, arah serong belakang kanan-kiri,
dan sebagainya.
(4) Level, yaitu berhubungan dengan tinggi rendahnya gerak dari badan
penari, dan tinggi rendahya badan penari ketika menari. Terdapat tiga
jenis level yang lazim digunakan dalam tari yaitu level tinggi. Pada level
ini, gerak yang dilakukan di atas badan penari. Level sedang yaitu gerak
yang dilakukan berkisar di bawah bahu sampai perut, dan level rendah
yaitu gerak yang dilakukan dari perut ke bawah. Penggunaan level-level
tersebut dapat digunakan pula dengan cara meninggikan atau merendahkan
tubuh dari bentuk tubuh yang normal.
(5) Fokus, yaitu sudut pandang penari pada saat melakukan gerak di atas
pentas sesuai dengan tuntutan geraknya. Terdapat fokus dekat, fokus jauh,
dan fokus sedang. Ketiga fokus atau sudut pandang ini akan berpengaruh
besar terhadap kemampuan penari dalam pengungkapan karakter tokoh
tarian yang dibawakan.
3. Waktu
Unsur waktu merupakan elemen tari yang tidak dapat diabaikan. Unsur
waktu dalam tari, penggunaannya berkaitan erat dengan unsur lainnya yaitu
gerak, tenaga, dan ruang. Keempat unsur tersebut saling menunjang satu
dengan yang lainnya, sehingga tarian akan tampak lebih hidup atau dinamis.
Penggunaan waktu dalam gerak tari, yaitu berkaitan dengan penyelesaian
sebuah gerakan. Misalnya, untuk gerak berjalan sambil kaki jinjit dapat
dilakukan dengan gerak lambat, gerak cepat atau gerak sedang. Oleh karena itu,
waktu dalam tari terkait dengan ritme atau irama yang sekaligus memberikan
nafas sehingga tari tampak hidup.
Dalam tari terdapat gerakan dengan ritme atau irama cepat, ritme atau
irama sedang, dan ritme atau irama cepat yang harus diselesaikan oleh si
penari. Contoh dalam tari tradisi terdapat gerak keupat anca dan terdapat
pula gerak keupatgancang. Kedua jenis keupat ini geraknya sama, namun
aplikasinya dalam tari dapat dilakukan dengan tempo atau ritme yang berbeda.
Tentu saja hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan tari itu sendiri. Demikian
pula dengan gerak-gerak yang lain dalam tari tradisi atau tari lainnya, untuk
gerak yang sama dapat dilakukan dengan ritme yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan ungkap gerak, sehingga tarian tidak terkesan monoton. Jika kita
perhatikan, maka gerakan yang dilakukan dengan ritme yang cepat dapat
memberikan kesan aktif dan menggairahkan, sedangkan gerakan yang
dilakukan dengan ritme lambat memberikan kesan tenang dan agung atau
bahkan sebaliknya dapat menimbulkan kejenuhan (membosankan). Namun
demikian, setiap tarian terjadi tidak seluruhnya harus dibawakan dengan ritme
cepat atau ritme lambat. Suatu tarian sebaiknya dibawakan dengan ritme yang
bervariasi, sehingga suatu tarian tampak lebih menarik, dan lebih dinamis.