Senin, 10 Januari 2022

MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA

 MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA 

Menurut Alma Hawkins (1990) dalam buku “Mencipta Lewat Tari (Creating Trough Dance )”, terdapat beberapa tahapan yang biasanya dilakukan dalam membuat karya tari, antara lain, ekplorasi, improvisasi, evaluasi dan forming atau memberi bentuk (Hadi: 1990). 

1. Eksplorasi 

Proses eksplorasi adalah kegiatan pendalaman materi guna memperkaya pengalaman sebagai salah satu bekal untuk menyusun sebuah karya tari. Eksplorasi secara umum diartikan sebagai penjajaan, maksudnya sebagai pengalaman untuk menanggapi beberapa obyek dari luar, termasuk juga berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespons (Hadi; 1983). 

Dalam tahapan eksplorasi ini koreografer dapat menggali berbagai pengetahuan, fenomena yang dianggap menarik. Proses ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadinya bagaimana cara memandang sebuah peristiwa, atau dengan membaca buku dan menyaksikan video pertunjukan tari. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, proses eksplorasi yang dapat dilakukan peserta dapat dilakukan dengan cara 

• Menyaksikan video tari guna mendapatkan inspirasi dalam berkarya tari; 

• Membaca buku pengetahuan tari, yaitu dengan guru dapat memberi pengantar pengetahuan koreograi pada peserta didik. Guru juga dapat menyarankan peserta didik untuk membaca buku pelajaran lain sesuai dengan tema tari yang ingin ditampilkan pada kegiatan berkarya; 

• Melihat media cetak atau televisi guna mendapatkan ide atau rangsang visual; 

• Mendengarkan musik guna memeperoleh rangsang audio; 

 • akegiatan olah tubuh pada langkah ekplorasi dapat dilakukan dengan cara meniru gerak-gerak tari pada video tari yang telah diamati, mengikuti gerak-gerak alam, bergerak bebas dengan mengikuti musik, menghayati perasaan tertentu, misalnya senang, sedih atau marah; 

2. Improvisasi 

Improvisasi merupakan tahap kedua di dalam mengembangkan kreativitas dalam sebuah karya tari. Improvisasi dilakukan untuk memperoleh gerakangerakan baru yang segar dan spontan (Murgiyanto; 1986). Setelah proses eksplorasi selesai, hasil dari berikir, berimajinasi dan merasakan sebuah ide, pengalaman dan pengetahuan telah di dapatkan. Berbagai imajinasi dan temuan tersebut diolah kembali dengan sentuhan kreativitas agar hasil eksplorasi yang telah dilakukan dapat terwujud dalam gerak, musik, dan elemen tari yang menarik. Hasil improvisasi merupakan pengembangan dari gerakan-gerakan yang sudah ada sebelumnya atau gerakan baru hasil imajinasi koreografer. 

Berikut ini tahap-tahap improvisasi: 

a. Meniru Kegiatan 

meniru merupakan tahapan awal dalam proses improvisasi, meniru dapat dilakukan dengan menggerakan kembali gerak–gerak yang ada pada karya seni tari yang diamati. 

b. Mengembangkan

 Setelah meniru peserta didik dapat mengembangkan atau menambahkan ragam gerak lain berdasarkan ide pribadinya. Gerak dapat diperoleh berdasarkan spontanitas ketika mendengarkan rangsang musik.

3. Evaluasi 

Evaluasi adalah sebuah kegiatan mengulas kembali, menilai dan menentukan berbagai elemen tari yang dibuat pada tahapan improvisasi. Jika terdapat gerak-gerak yang kurang tepat dan tidak mewakili pesan yang ingin disampaikan dalam karya tari, maka gerak-gerak tersebut kembali diperbaiki, atau bisa diganti dengan gerak baru lainnya. 

 a. Membandingkan 

Pada proses ini peserta didik dapat membandingkan ragam-ragam gerak hasil improvisasi;

b. Mencocokan 

Pada proses ini peserta didik dapat melihat kembali gerak-gerak yang telah dibuat, apakah gerak tersebut sesuai dengan tema tari; 

c. Mengulangi 

Peserta didik dapat mengulang kembali proses eksplorasi dan improvisasi untuk menemukan ragam gerak yang sesuai dengan tari; 

d. Mengubah atau Mengganti 

Peserta didik dapat mengubah atau mengganti ragam gerak yang dinilai tidak sesuai dengan tema dan mengganti dengan ragam gerak lain yang lebih sesuai. 

4. Forming (memberi bentuk) 

 Forming adalah tahapan terakhir dalam proses menyusun komposisi gerak tari yang telah dihasilkan berdasarkan proses eksplorasi, improvisasi dan evaluasi. Oleh karena itu, tahap ini termasuk menyeleksi atau mengevaluasi, menyusun, merangkai, atau menata motif-motif gerak menjadi satu kesatuan yang disebut koreograi (Hadi; 2011). Tahapan forming adalah tahapan menyusun gerak tari menjadi satu keutuhan bentuk yang dapat dipertunjukkan,. 

Tahapan forming atau memberi bentuk dapat dilakukan dengan cara:

 a. Menyusun gerak; 

b. Mengurangi atau menambahkan gerak; 

c. Menyesuaikan dengan musik atau iringan; 

d. Menyesuaikan dengan unsur pendukung tari lainnya seperti tata rias, tata busana dan properti

Minggu, 09 Januari 2022

MENENTUKAN TATA BUSANA DAN PROPERTY YANG TEPAT SEBAGAI DASAR BERKREASI TARI

 MENENTUKAN TATA BUSANA YANG TEPAT SEBAGAI DASAR BERKREASI TARI 

Tata busana dalam tari adalah aspek yang tidak kalah penting dalam sebuah karya tari. Tata busana yang tepat dapat membantu penonton memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penata tari atau koreografer. Dalam Nursantara (2007), dijelaskan bahwa tata busana adalah tata pakaian para pemain, agar mendukung keadaan atau suasana saat tampil. Tata busana juga merupakan disiplin pengetahuan khusus, dapat berdiri sendiri sehingga menjadi sebuah profesi yang menarik untuk ditekuni. Materi mengenai tata busana telah dibahas pada unit 1 dan unit 2, dengan memahami konsep tata busana dalam sebuah karya tari, peserta didik diharapkan mampu menentukan tata busana yang tepat dalam proses berkreasi tari. 

 Berikut adalah tahapan tahap menetukan tata busana yang sesuai dengan karya tari. 

1. Analisis temanya 

Tema tari menjadi pertimbangan dalam memilih tata busana, jika temanya tentang lingkungan sekitar seperti fauna, koreografer dapat meniru corak bulu, bentuk patuk, sayap dan corak kulit hewan. Jika tema tarinya tentang kehidupan sosial menjelaskan suatu profesi, koreografer dapat meniru pakaian yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari dengan bentuk yang dikreasikan. 

 2. Analisis jenis tarinya 

Langkah kedua adalah menganalisis jenis tari, jika jenis tarinya merupakan tari tradisi maka gunakan pula aksen aksen tradisional seperti kain, motif payet dan warna yang sesuai. Untuk tari kreasi atau nontradisi koreografer dapat lebih leluasa memilih konsep busana. Busana bebas lepas dari aksen tradisi atau dapat memadupadankan antara aksen tradisi dan modern.

 3. Analisis latar belakang 

budaya yang melandasi karya tersebut Latar budaya suatu daerah harus menjadi pertimbangan dalam memilih tata busana dalam karya tari, jangan sampai salah dalam memilih karena akan menjadi sebuah kesalahan dalam menyajikan sebuah karya tari. Sebagai koreografer yang baik, kita harus memperkaya wawasan mengenai ragam budaya dari berbagai provinsi bahkan berbagai negara. Sebagai contoh, jika Anda akan membuat tari kreasi Bali yang digabungkan dengan tari Hip-hop maka baiknya nada harus tetap menyisipkan aksen Bali, misalnya pada aksesoris rambut, atau kain. Namun jika Anda membuat tari kreasi baru tradisional maka pastikanlah tata cara penggunaan aksesoris tersebut tidak menyalahi aturan yang berlaku sesuai adat istiadat daerah yang menjadi pijakan berkarya tari. 

4. Analisis karakter apa saja yang tampil 

Tata busana berkaitan juga dengan karakter yang ingin disampaikan, karakter tokoh tertentu harus ditunjang oleh tata busana yang sesuai agar penonton dapat memahami pesan yang ingin disampaikan, misalnya pada karakter antagonis biasanya warna busana yang digunakan adalah warna-warna panas seperti merah dan oranye. Untuk menegaskan tokoh adalah sosok penting seperti raja atau ratu, koreografer dapat membuat desain busana yang mewah dengan akses batu permata tiruan. Pada bagian aksesoris kepala dapat juga ditambahkan mahkota. 

5. Apakah tata busana yang dipilih dapat menunjang untuk dipakai sesuai dengan konsep tema dan tempat pertunjukan. 

Tata busana pada sebuah karya tari berbeda dengan tata busana untuk karnaval. Busana harus mempertimbangkan kesesuaian dengan kenyamanan gerak serta tema dalam pertunjukan. Contohnya, busana pada pemeran jawara atau pendekar maka kostum yang digunakan pun harus membuat nyaman saat bergerak. Pada gerakan silat misalnya tentunya koreografer harus memilih busana yang nyaman, bahan dari celana pun harus dipertimbangkan yaitu celana dengan bahan yang kuat dan tidak mudah sobek


MENENTUKAN PROPERTI TARI YANG TEPAT SEBAGAI DASAR BERKREASI TARI

 Properti tari merupakan aspek yang cukup penting dalam sebuah pertunjukan tari karena dapat menambah nilai estetika dan makna terhadap sebuah tarian yang dibawakan. 

Berikut ini adalah tahapan-tahapan menentukan properti yang tepat. 

1. Pahami tema tarinya; 

2. Pelajari judulnya, lalu analisis judulnya dari segi makna; 

 3. Pelajari karakter atau tokoh yang akan ditampilkan; 

4. Tentukan benda yang dapat menunjang pemahaman penonton terhadap karya tari; 

 5. Tentukan material, warna bentuk yang sesuai dengan makna tari, pesan, nilai yang ingin ditampilkan; 

6. Pelajari atau pertimbangkan kembali properti yang dipilih dapat memungkinkan untuk gunakan, dari segi efektiitas dan juga keamanan. 

Contoh penggunaan properti pada sebuah karya tari, misalnya tari yang memiliki tema kepahlawanan. Salah satu judul karya yang diangkat adalah “Laksamana Keumala Hayati”.

 Langkah awal yang harus dilakukan adalah: 

 (1) analisis judulnya dari segi bahasa, siapakah Laksamana Keumala Hayati itu, lalu bagaimana karakternya; 

(2) Memilih properti yang sesuai, misalnya Rencong. Rencong adalah senjata tradisional Aceh. Rencong ditentukan sebagai properti dan tidak dapat diganti dengan keris, karena maknanya akan menjadi lain; 

(3) Pertimbangkan aspek keamanannya. Rencong adalah benda tajam berfungsi untuk bela diri. Rencong untuk properti tari, dapat dibuat tiruannya dari bahan yang aman jika digunakan, misalnya dari triplek atau gabus. Faktor keamanan harus diutamakan jika menentukan properti tari, sehingga pemilihan bahan dan teknik menggunakan properti harus dipertimbangkan agar para penari aman dalam menggunakannya. Berikut ini adalah contoh properti tari dari benda aslinya yang aman untuk digunakan, contohnya seperti tongkat, caping, dan bakul.

MENENTUKAN TATA RIAS YANG TEPAT SEBAGAI DASAR BERKREASI TARI

 MENENTUKAN TATA RIAS YANG TEPAT SEBAGAI DASAR BERKREASI TARI 

Tata rias sangat erat kaitannya dengan makna tari. Tata rias adalah salah satu simbol tekstual yang paling mudah ditangkap maknanya oleh penonton. Seniman tari atau koreografer harus jeli dalam menentukan tata rias yang tepat agar pesan, makna, serta tujuan tari dapat sampai pada penonton. 

Tata rias wajah maupun lukisan tubuh (body painting) merupakan salah satu karya seni yang berkembang pesat dan memiliki disiplin pengetahuan khusus. Namun di dalam tari, tata rias menjadi bagian dari tari. Pembahasan tata rias yang dibahas di unit 3 ini, akan membantu peserta didik untuk berkreasi tari yang terinpirasi dari karya seni bentuk lain, yaitu tata rias wajah. 

Tata rias wajah dalam pertunjukan memiliki fungsi: 

(1) menyempurnakan penampilan wajah; 

(2) menggambarkan karakter tokoh; 

(3) memberi efek gerak pada ekspresi pemain; 

(4) menegaskan dan menghasilkan garis-garis wajah sesuai dengan tokoh; dan 

(5) menambahkan aspek dramatik (Santosa: 2018). 

Terdapat tiga jenis rias dalam tari, yaitu tata rias corrective, tata rias karakter dan tata rias fantasi. Berikut beberapa materi dasar membuat tata rias dalam tari sebagai dasar untuk menentukan tata rias yang sesuai dalam berkreasi tari. 

 1. Tata Rias Corrective 

Makeup corrective merupakan rias wajah yang digunakan untuk sehari-hari dan bertujuan untuk mempercantik diri dan memperjelas wajah pemain dari atas panggung dengan penonton (Riantiarno, 2011). 

Langkah-langkah : 

- Memakai alas bedak disesuaikan dengan warna kulit, untuk tata rias korektif. Dalam kebutuhan pentas tari, warna alas bedak biasanya dinaikan satu tingkat lebih cerah dari warna kulit asli. Hal ini dimaksudkan agar wajah terlihat lebih cerah , setelah memakai alas bedak biasanya digunakan juga teknik shadding, yaitu memberikan garis-garis foundation berwarna gelap pada bagian hidung dan rahang, untuk memberi koreksi pada bentuk wajah seperti membuat kesan ramping atau hidung mancung.  

- Mengaplikasikan bedak tabur dengan tujuan untuk mengunci alas bedak agar tidak mudah luntur 

- Bentuk alis pada tata rias korektif biasanya disesuaikan dengan tulang alis dengan membentuk alis yang simetris kanan dan kiri serta merapihkan bulu alis yang tidak beraturan

- . Perona mata dikenal juga dengan sebutan eye shadow, perona mata dapat disesuaikan dengan warna busana maupun tema acara. 

-. Perona pipi dikenal juga dengan sebutan blush on, perona pipi digunakan di atas tulang pipi dengan warna seperti merah muda maupun orange muda, gunanya untuk memberi kesan cerah merona, dan mempertegas garis pipi. 

-. Perona bibir dikenal juga dengan sebutan gincu atau lipstik. Terdapat berbagai warna perona bibir yang dapat disesuaikan dengan tema acara dan warna busana. 

- Memasang eye liner dan bulu mata palsu. Eye liner dan bulu mata palsu merupakan bagian dari tata rias korektif yang saat ini dianggap sangat penting. Bulu mata palsu memberi efek tegas pada mata, dan membuat mata terlihat lebih bersinar. 

-  Merapikan kembali riasan dengan memakai bedak padat, atau highliter agar riasan terlihat lebih halus dan bercahaya. Setelah selesai, penari biasanya memakai busana kemudian memakai sanggul dan aksesoris kepala 


2. Rias Karakter 

Make up atau rias karakter merupakan rias wajah yang membantu para pemeran berakting dengan membuat wajahnya menyerupai watak yang akan dimainkan (Thowok: 2012). Rias wajah karakter adalah Rias wajah yang mengubah penampilan wajah dalam hal umur, watak, bentuk wajah, dan sifat agar sesuai dengan tokoh (Susanto; 2008). Rias wajah karakter dapat tergambar dari bentuk alis dengan karakter protagonis dapat telihat dengan bentuk sejajar antara pangkal dan ujung alis, sedangkan untuk karakter protagonis ujung alis dibuat lebih tinggi dari pangkal alis. Rias karakter berdasarkan umur dapat dilihat pada tata rias aki dan nini lengser dalam tarian penyambutan pengantin Sunda. 

 1. Rias Fantasy Rias fantasi merupakan hasil imajinasi atau khayalan dari perias yang diaplikasikan pada wajah seseorang (Riantiano; 2011). Ciri khas rias fantasy adalah menggabarkan imajinasi yang merupakan hasil rekaan bentuk yang nyata menjadi bentuk yang tidak biasa. Rias fantasy menggambarkan tokoh-tokoh yang keberadaan sesungguhnya tidak ada atau tidak tergambar oleh pancaindera manusia, misalnya rias karakter setan, malaikat, atau hewan-hewan kepercayaan suatu masyarakat seperti naga, dan siluman-siluman jelmaan hewan dan manusia. 

Berikut contoh langkah-langkah membuat tata rias fantasi dengan judul “Setan Alas“. Setan Alas adalah sebuah tokoh makhluk astral yang biasnya menghuni hutan belantara, sifatnya suka menggangu dan menakut-nakuti manusia yang berlaku tidak sopan di hutan. 

Langkah-langkah :

1. Menggunakan pelembab untuk melindungi wajah dari rasa tidak nyaman produk face painting.

2. Membuat guratan garis atau bingkai pola wajah yang akan di lukis.

3. Beri warna hitam pada beberapa bagian wajah

4. Beri warna merah dibagian pipi dan beberapa bagian dekat mata.

5. Beri warna putih pada bagian dahi, hidung dan mulut, kemudian gambar bibir dengan pola membentuk gigi, gambar dapat divariasikan dengan bentuk gigi ataupun aplikasi warna lain agar terlihat seram.

6. Riak atau sasak rambut agar terlihat menyeramkan



RANGSANG VISUAL DAN RANGSANG AUDIO DALAM MEMBUAT KARYA TARI

 RANGSANG VISUAL DALAM MEMBUAT KARYA TARI 

Dalam membuat karya tari, koreografer harus memiliki ide atau gagasan awal. Ide atau gagasan dapat timbul melalui adanya sebuah rangsang. Konsep dasar dari rangsang menurut Jacqueline Smith (Suharto: 1985) didefinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan ikir, atau semangat, atau mendorong kegiatan. Artinya bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh penata tari dalam berkarya hanya muncul pada saat ada dorongan atau rangsang tersebut. Rangsang yang biasanya menjadi awal dari lahirnya sebuah karya tari adalah rangsang visual dan audio. Rangsang visual dalam membuat karya tari adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indera penglihat, atau mata. Contohnya mengamati alam sekitar, benda-benda atau fenomena sosial. Rangsang visual dari mengamati alam sekitar dapat mendorong koreografer untuk  menciptakan tema tari tentang lora dan fauna. Rangsang visual terhadap suatu benda dapat menginspirasi koreografer untuk menentukan properti tari. Contohnya payung untuk properti Tari Payung, atau lilin untuk properti Tari Lilin. 

Rangsang visual dapat juga menginspirasi desain gerak tari dan tempo gerak tari, misalnya saat koreografer bermain ke kebun binatang kemudian mengamati perilaku satwa, akhirnya merangsang koreografer tersebut untuk membuat desain gerak meniru tingkah laku binatang seperti melompat lompat pada gerak tari bertema satwa kijang, atau desain gerak terbang pada tari bertema burung. Rangsang visual juga dapat menjadi inspirasi dalam membuat pola lantai, misalnya mengamati peristiwa kerusuhan, dapat menginspirasi koreografer untuk membuat pola lantai menyebar atau tidak beraturan. Saat melihat bebek yang sedang berjalan teratur menginspirasi koreogreafer untuk membuat tarian dengan tema bebek dan pola lantai yang juga teratur atau sejajar. 

Rangsang visual dalam membuat karya tari dapat juga berasal dari karya seni lain misalnya mengamati teater atau ilm. Telah banyak pertunjukan tari yang terinpirasi dari ilm atau teater. Misalnya drama musikal Laskar Pelangi yang pernah di gelar pada 17 Desember 2010 sampai 9 Januari 2011 di Taman Ismail Marzuki, drama musikal ini terinspirasi dari novel terkenal karya Andrea Hirata tahun 2005. Dalam drama musikal tersebut terdapat beberapa adegan yang diisi oleh adegan tokoh-tokoh yang menari bersama. Contoh lain, membuat sebuah karya tari dapat juga terinspirasi dari tayangan yang sering ditonton misalnya ilm India, drama korea atau tontotan lainnya. Rangsang visual bentuk lain dapat juga terinspirasi dari karya lukisan atau patung hasil karya seniman rupa. Misalnya saat koreografer mengamati relief candi Borobudur dapat menginspirasi untuk membuat karya.


RANGSANG AUDIO DALAM MEMBUAT KARYA TARI 

Rangsang musik atau rangsang audio adalah rangsang membuat karya berdasarkan segala sesuatu yang dapat ditangkap melalui pancaindera pendengaran. Seperti yang telah dijelaskan pada unit 1 dan 2, musik berkaitan dengan tempo, intensitas suara dan jenis suara. Rangsang musik pada tari dapat berupa iringan dari alat musik, karya-karya musik berupa rekaman atau lagu. Selain itu rangsang musik juga dapat diperoleh dari suara atau bunyi dari lingkungan sekitar, seperti suara hewan, suara deburan ombak di laut, bunyi kicau burung, suara manusia yang sedang berbicara, tertawa atau menangis, suara kendaraan atau suara-suara yang mengingatkan kita pada sebuah fenomena sosial. Rangsang audio berkaitan juga dengan proses terciptanya desain gerak, misalnya suara tangisan dapat memberi rangsang untuk membuat desain gerak yang sempit dengan tempo yang lambat, gerakan ini terinspirasi dari kondisi penuh kesedihan atas rangsang audio berupa tangisan yang didengar koreografer. Rangsang audio dengan musik tradisi daerah tertentu dapat menjadi inspirasi bagi koreografer untuk membuat karya tari dengan ragam gerak sesuai musik daerah tersebut. Misalnya saat mendengar lagu dari India kita akan secara tidak sadar untuk menirukan gerak tari khas India. Ketika kita mendengar musik RnB koreografer akan terinspirasi untuk membuat gerakgerak hiphop. Di Indonesia banyak seniman tari yang berkarya berdasarkan bentuk seni lain seperti seni musik. Salah satu contohnya adalah lagu Genjring Party karya grup Krakatau, Musik Genjring Party yang dinamis terdiri dari perpaduan musik modern dan tradisonal, telah berhasil menginspirasi banyak seniman tari di Indonesia untuk membuat karya tari kreasi baru berdasarkan karya musik Genjring Party. Contoh lainnya, lagu berjudul Lathi yang populer di petengahan tahun 2020. Musik karya Weird Jenius yang dinyanyikan oleh Sara Fajira juga telah menjadi inspirasi bagi para koreografer dan penata rias di Indonesia untuk membuat berbagai karya tari maupun tata rias sesuai dengan penafsiran masing-masing seniman.

Senin, 03 Januari 2022

MENENTUKAN TEMA DAN JUDUL DALAM KARYA TARI

 MENENTUKAN TEMA DAN JUDUL DALAM KARYA TARI 

Dalam sebuah karya tari, tema merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui, karena tema merupakan dasar atau alasan mengapa karya tersebut ada. Tema berkaitan dengan makna, fungsi dan latar belakang ide garap sebuah karya, dorongan atau motivasi yang melatarbelakangi seniman membuat karya, atau alasan sosial budaya masyarakat tertentu yang mendorong lahirnya sebuah karya. Secara umum terdapat dua jenis tema dalam tari , yaitu tema literal dan non literal. 

Tema literal dalam suatu karya tari adalah susunan tari yang digarap dengan tujuan untuk menyampaikan pesan-pesan seperti cerita, dongeng,  legenda, cerita rakyat, sejarah, dan sebagainya (Widyastutieningrum; 2014).Tema tema literal terdapat pada beberapa karya dramatari misalnya dramatari Lutung Kasarung dari Jawa Barat. Dramatari Lutung Kasarung terinspirasi dari cerita rakyat Jawa Barat. Contoh lain adalah tari Lenggang Nyai dari Betawi yang berangkat dari cerita Nyai Dasimah. Tari Ngremo dari Jawa Timur merupakan karya tari yang terinspirasi dari sejarah dan semangat kepahlawanan. 

 Tema nonliteral adalah susunan tari yang semata-mata diolah berdasarkan penjelajahan dan penggarapan keindahan unsur-unsur gerak yaitu ruang, waktu, dan tenaga (Rochyati; 2019). Jadi tari nonliteral ini biasanya terdapat pada tari-tarian yang sifatnya hiburan saja sehingga tidak ada pesan khusus yang ingin disampaikan dari sang koreografer. Tema tari nonliteral banyak sekali ditampilkan saat ini pada genre tari modern yang ditampilkan di panggung hiburan pada acara-acara komersil seperti di program televisi. Tari bertema nonliteral menitikberatkan pada estetika bentuk gerak, musik dan elemen lainnya, dengan tujuan keindahan bentuk semata. Gerak tari nonliteral juga nampak dilakukan pada tari tarian di aplikasi Tik-tok yang banyak dilakukan generasi muda zaman sekarang. 

 Menurut La Meri (1986), dalam upaya membuat karya tari yang menarik, terdapat lima tes tema yang dapat dilakukan yaitu 

1. Nilai budaya yang terungkap 

Sebuah karya tari sebaiknya dapat memvisualisasikan budaya yang melatarbelakangi penciptaan tari. Latar belakang budaya tari yang jelas, dapat memudahkan seseorang dalam mengembangkan desain gerak, kostum dan elemen tari lainnya. Sebagai contoh jika seorang koreografer akan membuat karya tari nontradisi, misalnya mengembangkan tari dari daerah Nusa Tenggara. Maka, ciri khas gerak, pola kain, tata rias atau elemen tari lainnya dari tari Nusa Tenggara dapat dipilih untuk menjadi identitas, sehingga penonton mudah mengenali. 

 2. Dapatkah tema itu ditarikan 

Tema harus dapat ditarikan artinya memungkinkan dalam segi pembuatan gerak setiap adegan dan elemen tari lainnya. Tidak semua ide dan tema dapat ditarikan. Karya tari terikat dengan aturan waktu dan ruang pertunjukan serta kapasitas penari dalam melakukan gerak tari. Contoh tema yang tidak dapat ditarikan misalnya tarian dengan tema-tema yang sensitif yang menyinggung perbedaan SARA, tema yang dapat menimbulkan kesalahpahaman antar masyarakat, umat beragama, tema yang mengandung ujaran kebencian terhadap sesorang atau suatu kelompok masyarakat. Contoh tema lainnya yang sebaiknya dihindari adalah tema tari yang bersifat ilosois. Tema tari yang sangat ilosois akan lebih baik jika diungkapkan melalui tulisan atau kata karena biasanya sulit diungkapkan melalui bahasa gerak tubuh. 

3. Efek sesaat dari tema itu kepada penonton. 

Efek sesaat yang dimaksud adalah penonton harus merasa terpukau dan tertarik. Efek sesaat sebaiknya menjadi pertimbangan dalam memilih tema tari. Tema seharusnya juga sesuai dengan segmentasi penonton sehingga tema mudah dipahami. 

4. Perlengkapan teknik tari dari penata tari untuk penarinya 

 Perlengkapan teknik tari, meliputi teknik gerak, tata busana dan kostum sebaiknya mendukung tema tari dan penampilan penari. Contoh tari dengan genre tertentu, misalnya breakdance haruslah ditarikan oleh penari yang mampu melakukan gerak-gerak breakdance seperti looring, jumping dan lain sebagainya. Pakaiannya juga haruslah pakaian yang menunjang gerakan breakdance dengan nyaman, misalnya celana training yang leluasa dengan bahan yang tidak mudah sobek, alas kaki atau sepatu harus dengan solnya tidak licin dan nyaman. Hal tersebut berlaku pula untuk genre tari lainnya, misalnya tari tradisional Jawa, sebaiknya dilakukan oleh penari yang mampu menguasai teknik tari Jawa. Tema yang menyajikan tari Balet, maka penari sebaiknya memiliki dasar menari Balet dengan sepatu Baletnya. Semua perlengkapan harus dipertimbangkan dalam menyajikan karya tari, jangan sampai tema tari yang diinginkan menjadi tidak tercapai. 

5. Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk pertunjukan seperti property, sound system, lampu pertunjukan dan lain-lain 

Tema tari yang baik adalah tema tari yang dapat disesuaikan dengan properti, tata panggung dan tata cahaya. Tema tari yang terlalu sulit akan berpengaruh pula pada penggunaan properti dan pendukung pertunjukan lainnya

MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA

 MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA  Menurut Alma Hawkins (1990) dalam buku “Mencipta Lewat Tari (Creating Trough Dance )”, terdapat beberapa tah...