Minggu, 09 Januari 2022

RANGSANG VISUAL DAN RANGSANG AUDIO DALAM MEMBUAT KARYA TARI

 RANGSANG VISUAL DALAM MEMBUAT KARYA TARI 

Dalam membuat karya tari, koreografer harus memiliki ide atau gagasan awal. Ide atau gagasan dapat timbul melalui adanya sebuah rangsang. Konsep dasar dari rangsang menurut Jacqueline Smith (Suharto: 1985) didefinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan ikir, atau semangat, atau mendorong kegiatan. Artinya bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh penata tari dalam berkarya hanya muncul pada saat ada dorongan atau rangsang tersebut. Rangsang yang biasanya menjadi awal dari lahirnya sebuah karya tari adalah rangsang visual dan audio. Rangsang visual dalam membuat karya tari adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indera penglihat, atau mata. Contohnya mengamati alam sekitar, benda-benda atau fenomena sosial. Rangsang visual dari mengamati alam sekitar dapat mendorong koreografer untuk  menciptakan tema tari tentang lora dan fauna. Rangsang visual terhadap suatu benda dapat menginspirasi koreografer untuk menentukan properti tari. Contohnya payung untuk properti Tari Payung, atau lilin untuk properti Tari Lilin. 

Rangsang visual dapat juga menginspirasi desain gerak tari dan tempo gerak tari, misalnya saat koreografer bermain ke kebun binatang kemudian mengamati perilaku satwa, akhirnya merangsang koreografer tersebut untuk membuat desain gerak meniru tingkah laku binatang seperti melompat lompat pada gerak tari bertema satwa kijang, atau desain gerak terbang pada tari bertema burung. Rangsang visual juga dapat menjadi inspirasi dalam membuat pola lantai, misalnya mengamati peristiwa kerusuhan, dapat menginspirasi koreografer untuk membuat pola lantai menyebar atau tidak beraturan. Saat melihat bebek yang sedang berjalan teratur menginspirasi koreogreafer untuk membuat tarian dengan tema bebek dan pola lantai yang juga teratur atau sejajar. 

Rangsang visual dalam membuat karya tari dapat juga berasal dari karya seni lain misalnya mengamati teater atau ilm. Telah banyak pertunjukan tari yang terinpirasi dari ilm atau teater. Misalnya drama musikal Laskar Pelangi yang pernah di gelar pada 17 Desember 2010 sampai 9 Januari 2011 di Taman Ismail Marzuki, drama musikal ini terinspirasi dari novel terkenal karya Andrea Hirata tahun 2005. Dalam drama musikal tersebut terdapat beberapa adegan yang diisi oleh adegan tokoh-tokoh yang menari bersama. Contoh lain, membuat sebuah karya tari dapat juga terinspirasi dari tayangan yang sering ditonton misalnya ilm India, drama korea atau tontotan lainnya. Rangsang visual bentuk lain dapat juga terinspirasi dari karya lukisan atau patung hasil karya seniman rupa. Misalnya saat koreografer mengamati relief candi Borobudur dapat menginspirasi untuk membuat karya.


RANGSANG AUDIO DALAM MEMBUAT KARYA TARI 

Rangsang musik atau rangsang audio adalah rangsang membuat karya berdasarkan segala sesuatu yang dapat ditangkap melalui pancaindera pendengaran. Seperti yang telah dijelaskan pada unit 1 dan 2, musik berkaitan dengan tempo, intensitas suara dan jenis suara. Rangsang musik pada tari dapat berupa iringan dari alat musik, karya-karya musik berupa rekaman atau lagu. Selain itu rangsang musik juga dapat diperoleh dari suara atau bunyi dari lingkungan sekitar, seperti suara hewan, suara deburan ombak di laut, bunyi kicau burung, suara manusia yang sedang berbicara, tertawa atau menangis, suara kendaraan atau suara-suara yang mengingatkan kita pada sebuah fenomena sosial. Rangsang audio berkaitan juga dengan proses terciptanya desain gerak, misalnya suara tangisan dapat memberi rangsang untuk membuat desain gerak yang sempit dengan tempo yang lambat, gerakan ini terinspirasi dari kondisi penuh kesedihan atas rangsang audio berupa tangisan yang didengar koreografer. Rangsang audio dengan musik tradisi daerah tertentu dapat menjadi inspirasi bagi koreografer untuk membuat karya tari dengan ragam gerak sesuai musik daerah tersebut. Misalnya saat mendengar lagu dari India kita akan secara tidak sadar untuk menirukan gerak tari khas India. Ketika kita mendengar musik RnB koreografer akan terinspirasi untuk membuat gerakgerak hiphop. Di Indonesia banyak seniman tari yang berkarya berdasarkan bentuk seni lain seperti seni musik. Salah satu contohnya adalah lagu Genjring Party karya grup Krakatau, Musik Genjring Party yang dinamis terdiri dari perpaduan musik modern dan tradisonal, telah berhasil menginspirasi banyak seniman tari di Indonesia untuk membuat karya tari kreasi baru berdasarkan karya musik Genjring Party. Contoh lainnya, lagu berjudul Lathi yang populer di petengahan tahun 2020. Musik karya Weird Jenius yang dinyanyikan oleh Sara Fajira juga telah menjadi inspirasi bagi para koreografer dan penata rias di Indonesia untuk membuat berbagai karya tari maupun tata rias sesuai dengan penafsiran masing-masing seniman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA

 MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA  Menurut Alma Hawkins (1990) dalam buku “Mencipta Lewat Tari (Creating Trough Dance )”, terdapat beberapa tah...