Selasa, 21 September 2021

MAKNA TATA BUSANA DAN TATA RIAS DALAM TARI

Makna Tata Busana dalam Tari 

Dalam sebuah karya tari selain elemen gerak dan musik, terdapat pula elemen pendukung lain yang tidak kalah penting dalam sebuah karya tari. Elemen tersebut adalah tata busana atau kostum. Rias Busana adalah segala tindakan untuk memperindah diri agar terlihat menarik (Lestari, 1993). Tata busana adalah segala sesuatu yang dipakai dari kepala sampai kaki. Untuk itu, tata busana tidak hanya pakaian saja, tetapi juga meliputi elemen aksesori pelengkap seperti sanggul, hiasan kepala, gelang, kalung dan lainnya. Aksesori adalah perlengkapan yang menunjang atau melengkapi busana untuk memberikan efek dekoratif (memperindah) pada karakter atau lakon yang dibawakan (Harymawan, 1993). Semua elemen tersebut sifatnya saling melengkapi untuk menunjang makna yang ingin tersampaikan dalam sebuah tarian. Tata busana dalam penerapannya pada seni tari tidaklah sembarangan, karena harus memperhatikan latar belakang, asal daerah dan cerita dari tarian tersebut. Elemen tata busana yang berkaitan dengan makna tari dapat dianalisis berdasarkan bentuk, warna, corak dan material busana yang digunakan. Makna busana pada aspek bentuk atau desain pola, berpengaruh pada makna penokohan yang ingin ditampilkan, misalnya desain baju untuk karakter seorang putri berbeda dengan karakter rakyat biasa. Contohnya adalah karakrer Putri pada tari Saraswati. Kostum Putri pada tari Saraswati berbeda dengan karakter angsa yang digambarkan memiliki sayap. 

 Penggambaran tokoh angsa dengan busana menggunakan sayap dari selendang Sumber: Laras Kusuma (2018) Desain yang mewah dengan sentuhan aksen permata pada kostum maupun aksesori mahkota, menjadi simbol bagi penonton yang melihat bahwa tokoh tersebut adalah tokoh yang memiliki kelas sosial yang tinggi atau gelar kehormatan. Sedangkan untuk karakter rakyat pada sebuah pertunjukan tari, desain atau pola rancangan busana dirancang lebih sederhana. Biasanya rancangan tata busana untuk rakyat terinspirasi dari busana yang digunakan masyarakat dalam bekerja sehari-hari, misalnya sebagai pedagang atau petani. Desain sederhana pada kostum rakyat memiliki makna kesederhanaan. 

Makna tari dalam tata busana juga dapat diamati berdasarkan warna yang digunakan. Warna dalam khazanah budaya tradisional memiliki makna tersendiri yang erat kaitannya dengan kosmologi dunia, yaitu kehidupan dan kematian. Warna putih melambangkan warna langit atau melambangkan kehidupan, hitam melambangkan warna bumi dan tanah serta kematian, sedangkan warna merah melambangkan dunia manusia itu sendiri (Sumardjo, 2016). Makna tersebut dapat dilihat dalam khazanah budaya masyarakat Batak Toba, di mana terdapat tiga warna utama yang biasanya tergambar dalam kerajinan tangan seperti kain ulos, rumah adat, maupun peralatan lainnya. Merah disebut narara, putih disebut nabotar dan hitam nabirong. Makna dari tiga warna tersebut yaitu keseimbangan dalam hidup. Oleh karena itu makna warna kain ulos tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Batak Toba termasuk pada pertunjukan tari Tor-Tor. 

 Makna tari juga tidak terlepas dari corak atau motif pakaian yang digunakan. Dalam beberapa tarian Jawa Klasik, kain batik yang digunakan memiliki makna tertentu yang tidak boleh digunakan sembarangan. Corak batik tertentu seperti Parang Barong hanya diperuntukan khusus untuk raja (Prasetyo, 2010). Selain corak yang erat kaitannya dengan tokohtokoh berdasarkan kelas sosial, terdapat juga beberapa corak kain yang melambangkan suatu peristiwa, seperti kain batik motif truntum yang digunakan untuk acara pernikahan. Material tata busana dalam tari juga memiliki makna tersendiri. Material adalah bahan dasar pembuat elemen busana seperti kain, logam atau kulit hewan dan tumbuhan. Material pada tari memiliki makna khusus sehingga tidak dapat digantikan oleh material lain, karena akan mengubah esensi makna tarinya. Contohnya seperti aksesori kepala pada tari Balian Dadas menggunakan bahan dari anyaman janur daun kelapa. Janur daun kelapa memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Dayak, karena daun kelapa mengandung energi positif yang menghubungkan manusia dengan leluhur. Makna janur kelapa pada aksesori tari Balian Dadas, bahwa hendaknya masyarakat Dayak harus selalu menghormati budaya leluhurnya, jika material daun kelapa ini dihilangkan, maka makna pada tarian Dadas akan berubah.  Makna tari dalam elemen tata busana dapat dilihat dari aksesori yang digunakan di kepala. Aksesori kepala melambangkan tokoh yang diperankan seperti tokoh raja atau ratu yang biasanya memakai aksesori mahkota. Makna aksesoris dalam tata busana tari juga dapat digunakan untuk menggambarkan sosok fauna seperti pada tari Merak dan tari Kijang Kencana dengan meniru corak bulu, sayap sosok hewan yang ditarikan pada desain kostumnya.

Makna Tata Rias dalam Tari 

Bentuk tata rias dalam tari dikenal dengan tata rias panggung. Tata Rias panggung atau stage make up adalah riasan untuk menampilkan watak tertentu bagi seorang pemeran di panggung. Make up yang biasa digunakan dalam pertunjukan panggung dapat digolongkan ke dalam corrective make up, style make-up, dan character make-up (Paningkaran, 2013). Tata Rias panggung pada umumnya memiliki ciri-ciri yang khas, antara lain, garis wajah yang tajam, pilihan warna yang mencolok atau kontras dan penggunaan alas bedak yang lebih tebal (Thowok, 2012). Hubungan tata rias dengan makna tari dapat dilihat dari aspek bentuk riasan dan warna riasan. Bentuk riasan dapat terlihat pada bentuk alis, kumis, dan bibir serta bentuk bayangan tulang (shadding). Aspek warna dapat dilihat dari warna bibir, warna riasan mata, dan warna alas bedak. Tata rias memiliki makna tersendiri jika dianalisis dari segi dan bentuk, contohnya pada bentuk tata rias paes pada tari Jawa ataupun pengantin Jawa. 

 Tata rias paes yang umum terdapat dalam karya tari adalah Godheg, Godheg memiliki makna ketika manusia sudah paham tentang asal usulnya dan selalu mengasah budi, maka manusia diharapkan dapat kembali ke asal dengan sempurna (Yuwati, 2018). 

Tata rias menjadi salah satu elemen tari yang dapat menyampaikan ide atau makna tari yang ingin disampaiakan oleh koreografer, contohnya rias dalam tari Maung Lugay, tata rias menggambarkan karakter harimau sesuai dengan ide yang ingin disampaikan. Tata rias juga dapat menggambarkan latar belakang budaya atau dari mana tari tersebut berasal, misalnya polapola lukisan wajah atau face painting yang khas pada beberapa daerah, seperti contohnya rias pada tarian Papua. Motif huruf S atau S terbalik dalam body painting tata rias Papua memiliki makna dualistik, simbol paradoks laki-laki dan perempuan, langit dan bumi. Lukisan wajah menggunakan cat dengan bintik-bintik atau garis putih mengandung makna rohaniah (Sumardjo, 2016).

Minggu, 19 September 2021

MENATA GERAK BERDASARKAN POLA IRINGAN TARI


Dalam mengembangkan kreativitas gerak tari, siswa diperlukan wawasan dan pengetahuan tari sebagai dasar pemahaman untuk melakukan kegiatan tari. Kegiatan tari yang sifatnya praktik merupakan salah satu bentuk aplikasi dari pemahaman unsur-unsur pendukung tari. Oleh karena itu, dalam buku ini Siswa diajak untuk mengkaji kembali unsur-unsur pendukung tari serta unsurunsur pendukung lainnya, karena tari dalam perwujudannya perlu didukung oleh unsur-unsur lainnya seperti rias, busana, musik, properti, tata pentas dan sebagainya. Kelengkapan semua unsur pendukung merupakan hal penting dalam tari, sehingga tarian dapat dinikmati oleh penonton. Kemampuan pemahaman tersebut perlu dimiliki, agar kegiatan tari di sekolah menjadi sarana pendidikan yang kreatif, inovatif, dan sekaligus menyenangkan bagi siswa. Terpenting, siswa memiliki perangkat pengetahuan dan keterampilan dalam memahami unsur-unsur pendukung dalam tari sehingga akan memudahkan siswa dalam melakukan aktivitas kreatif dalam mengembangkan tari. 

 Secara umum, perlu dipahami perbedaan antara elemen-elemen dasar tari dan unsur-unsur pendukung dalam tari, sebagai berikut. 

A. Unsur-unsur atau elemen-elemen dasar tari: 1. Gerak 2. Tenaga 3. Ruang 4. Waktu 

B. Unsur-unsur pendukung tari: 1. Tata Rias Tari 2. Tata Busana Tari 3. Musik Tari 

Berdasarkan pengklasifikasian di atas, beberapa unsur pendukung dalam tari secara garis besar terbagi pada tiga bagian, yakni tata rias, tata busana, dan musik tari. Meskipun pada kenyataannya banyak pertunjukan tari yang memerlukan unsur-unsur pendukung lainnya seperti properti tari, dekorasi panggung, tata lampu atau cahaya, dan sound sistem. Perlu dipahami terlebih dahulu dari ketiga unsur pendukung yang disebutkan diawal, yakni tata rias, tata busana dan musik tari. 

1. Pengertian Tata Rias 

Istilah tata rias di masyarakat sudah tidak asing lagi. Tata rias dalam pengertian umum berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya indah atau cantik. Tata rias tari adalah seni menata wajah atau muka untuk kebutuhan pentas tari. Tata rias tari merupakan fasilitas bagi penari untuk menata rupa visualisasi tubuhnya sesuai dengan tarian yang disajikan. Pada dasarnya tata rias tari adalah seni menggunakan alat kosmetik untuk menghias atau menata rupa wajah yang sesuai dengan peranannya. Kaitan penggunaan tata rias dalam kebutuhan seni tari merupakan hal penting yang dilibatkan di dalamnya. Pertunjukan seni tari bukanlah penampilan gerak semata, namun gemulainya gerak tari memerlukan wajah penari yang menarik sesuai dengan tuntutan perannya agar tarian tampil sempurna. Penggunaan tata rias dalam tari pemakaiannya sangat beragam bergantung dari jenis, karakter, dan kebutuhan peran tarian yang dibawakan 

a. Jenis-jenis tata rias 

Tata rias dalam penampilannya memiliki jenis dan tujuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, tata rias dapat dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu sebagai berikut. 

(1) Tata rias sehari-hari; yaitu digunakan untuk memberi kesan pada seseorang agar tampil lebih rapi dan menarik serta lebih cantik dari biasanya. 

(2) Tata rias khusus; yaitu tata rias yang sengaja dititikberatkan pada maksud serta tujuan penampilannya. Tata rias jenis ini di antaranya tata rias untuk pengantin. 

(3) Tata rias pertunjukan; yaitu penataan wajah untuk para pemain yang disesuaikan dengan peran yang dibawakannya. Tata rias untuk kebutuhan pertunjukan dalam pemakaiannya disesuiakan dengan efek lampu yang digunakan. Oleh karena itu, penggunaan tata rias ini harus dilakukan oleh orang yang ahli di bidang pertunjukan.


2. Pengertian Tata busana 

Tata busana dalam pengertian umum adalah pakaian lengkap yang dikenakan oleh seseorang untuk kebutuhan tertentu. Menurut Onong Nugraha dalam Endang Caturwati (1996), yang dimaksud dengan busana adalah segala yang dikenakan seseorang, yang terdiri dari pakaian dan perlengkapannya (accessories) dan identik dengan kata kostum. Tata busana atau kostum tari pada dasarnya ialah pemakaian sandang dan propertinya. Pemakaian sandang ini meliputi bagian tubuh: kepala, leher, badan, bahu, pergelangan tangan, pinggang, kaki, dan pergelangan kaki. Di antara seluruh perlengkapan tersebut ada pula yang berfungsi ganda, yaitu sebagai alat atau properti dalam menarinya, yaitu seperti soder, keris, panah, dan yang lainya.

 a. Jenis-jenis busana Secara umum tata busana terdiri dari empat jenis, yaitu sebagai berikut. 

 (1) Tata busana sehari-hari adalah busana yang dipakai sehari-hari dengan penampilan sederhana sesuai dengan kebutuhannya dan tidak memerlukan atribut khusus lainnya. 

(2) Tata busana khusus adalah pakaian yang digunakan dalam kegiatankegiatan atau peristiwa-peristiwa tertentu yang bukan pakaian sehari-hari. 

(3) Tata busana pertunjukan adalah jenis pakaian yang khusus dibuat untuk tujuan pertunjukan. Pembuatan busana ini dirancang berdasarkan dari pakaian sehari-hari, kemudian dikembangkan. Sebagai hasil imajinasi si penggarap seni (seniman) busana pertunjukan dirancang sesuai dengan kebutuhan pentas dan didasarkan pula pada aspek estetiknya. 

(4) Tata busana tari adalah pakaian yang digunakan oleh penari dengan segala kelengkapannya berdasarkan untuk kebutuhan pentas. 

b. Fungsi Busana Tari 

Busana tari secara umum berfungsi untuk menunjang atau mendukung ekspresi suatu tarian. Adapun fungsi yang lebih spesifik sebagai berikut. 

(1) Secara psikis; - Busana sebagai sesuatu yang paling dekat dan akrab dengan penari sehingga menjadi penentu keberhasilan suatu tarian. - Busana sebagai pendukung secara moril bagi penari, sehingga penari terdorong untuk menari dengan lebih semangat dan lebih baik. 

(2) Secara fisik; - Busana sebagai penutup aurat dan bagian tubuh lainnya yang dianggap perlu sehingga penari merasa nyaman ketika menari. - Busana sebagai pelindung tubuh dari pengaruh sekelilingnya seperti angin atau cuaca panas dan dingin. 

(3) Secara artistik; - Busana berkaitan dengan aspek seni rupa. Oleh karena itu dalam tari mengandung estetik melalui garis, warna, bentuk, dan corak. - Busana merupakan pendukung tarian yang tidak dipisahkan dalam penampilannya. Oleh karena itu, identitas suatu tarian dan dorongan menari harus tercapai melalui kesenirupaan. 

(4) Secara estetik; - Busana merupakan unsur kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan keindahannya dapat dihayati. - Busana merupakan unsur keserasian bagi tubuh penari dan tarian itu sendiri yang dapat mengungkapkan karakteristik dan tujuan dari suatu tarian. 

(5) Secara teateral; - Busana menunjukkan dan menggambarkan peran. - Busana merupakan komponen pemeranan melalui corak dan warna ke dalam maksud sebuah pementasan tari. 


3. Pengertian Musik Tari 

Keberadaan musik dalam tari merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan karena musik merupakan partner dari tari. Lahirnya gerak walaupun tanpa musik menurut Soedarsono (1972) sudah mengandung unsur ritme, namun demikian ritme gerak dengan musik jelas tidak sama pengertiannya. Hadirnya musik dalam tari bukan merupakan barang baru dan bukan sekadar iringan, tetapi musik dalam tari sudah menyatu sejak zaman prasejarah sampai sekarang. Oleh karena itu, di mana ada tari di sana ada musik. Musik dalam tari bukan hanya sekadar pengiring, melainkan musik sudah larut di dalam tari. Dengan demikian, kehadiran musik dalam tari perlu digarap dengan betul dan diperhitungkan sesuai dengan garapan tarinya. 

MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA

 MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA  Menurut Alma Hawkins (1990) dalam buku “Mencipta Lewat Tari (Creating Trough Dance )”, terdapat beberapa tah...