Senin, 01 November 2021

MENERAPKAN GERAK TARI KREASI (FUNGSI, TEKNIK, BENTUK, JENIS DAN NILAI ESTETIS SESUAI IRINGAN)

 

Fungsi Tari di Indonesia

Ada banyak fungsi tari di Indonesia. Sebagai upacara, hiburan pribadi, dan penyajian estetis. Tari yang berfungsi sebagai upacara apabila memiliki ciri seperti dipertunjukan pada waktu terpilih, tempat terpilih, penari terpilih, dan disertai sesajian.

1. Tari dengan Fungsi Keagamaan

Semua tari yang digunakan untuk acara keagamaan memiliki fungsi upacara. Contoh tari yang berfungsi sebagai upacara yaitu Tari Hudoq dari Kalimantan pada upacara kematian, seperti gambar di bawah ini.

2. Tari dengan Fungsi Hiburan Pribadi

Tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi memiliki ciri gerak yang spontan. Dilakukan untuk kesenangan sendiri atau kegembiraan sesaat.

3. Tari dengan Fungsi Penyajian Estetis

Tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis adalah tari yang disiapkan untuk dipertunjukan. Cara penari agar terlihat kompak, serempak, hafal gerakan, sesuai dengan iringannya dan terlihat indah yaitu latihan yang intens dengan sesama penari dan juga menyesuaikannya dengan musik pengiringnya. 

Contoh tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis yaitu tari piring dari Sumatera, seperti gambar berikut: 

Bentuk dan Jenis Tari 

1. Tari Rakyat

Berkembang di lingkungan masyarakat lokal, tumbuh dan berkembang secara turun temurun.

2. Tari Klasik

Berkembang di keraton, memiliki pakem-pakem tertentu dan nilai-nilai estetis yang tinggi.

3. Tari Kreasi Baru

Dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi pada dasarnya tidak menghilangkan nilai-nilai tradisi itu sendiri. Tari kreasi baru ada 2 yaitu: 

a. Tari kreasi berpolakan tradisi

Tari kreasi yang dilandasi oleh kaidah tari tradisi, dalam hal koreografi, musik, tata busana, rias, dan tata teknik pentasnya. Ada sedikit pengembangan yang dilakukan, tetapi tidak menghilangkan unsur utama dari tradisi. 

b. Tari kreasi non tradisi

Tari yang melepaskan diri dari pola-pola tradisi, dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, dan tata teknik pentasnya.

Unsur-unsur di Dalam Tari

Estetis atau estetika adalah nilai keindahan yang terdapat dalam karya seni. Seni tari sebagai bagian dari seni memiliki nilai estetis sebagai kriteria untuk menilai keindahan gerak, yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Wiraga digunakan untuk menilai kompetensi menari, meliputi keterampilan menari, hafal terhadap gerakan, ketuntasan gerak, dan keindahan gerak. 

Wirama untuk menilai Kesesuaian dan keserasian gerak dengan irama (iringan), kesesuaian dan keserasian gerak dengan tempo. Wirasa untuk menilai kesesuaian gerak dengan tema tari yang terlihat dalam cara kamu memberikan penjiwaan terhadap tari. 

Yang bisa amati dalam mengidentifikasi tari, yang pertama terlihat adalah gerak, selanjutnya busananya, kemudian mendengar iringannya. Dengan memperhatikan ciri khas gerak dan ciri khas iringannya, akan mengantarkan pemahaman kepada ciri tari etnis tertentu. 

Identifikasi Tari

1. Tari Trunajaya dari Bali

materi Seni Budaya kelas 11 bab 1

Wiraga: Sikap tangan dan lengan dengan ruang yang terbuka lebar. Posisi badan cenderung condong disertai ekspresi mata yang lincah diiringi wirama yang dinamis dan wirasa yang energik. Dalam tari Bali, penilaian wiraga, wirama, dan wirasa memiliki identitas khusus yang tertuang dalam istilah: 

a. Agem : sikap badan, tangan, dan kaki yang harus dipertahankan.
b. Tandang : cara berpindah tempat.
c. Tangkep : eskpresi mimik wajah yang memberikan penguatan pada penjiwaan tari.

2. Tari Arjuna dari Jawa

materi Seni Budaya kelas 11 bab 1

Wiraga : sikap kaki dan tangan dengan ruang yang sedang.

Wirama : iringan tari gending tempo sedang berirama mengalun.

Wirasa : tenang. 

3. Tari Gatotkaca dari Jawa

materi Seni Budaya kelas 11 bab 1

Wiraga : sikap kaki dan tangan dengan ruang yang luas.

Wirama : iringan gending dalam tempo sedang.

Wirasa : ditarikan dengan gagah.

Dalam tari Jawa, wiraga harus sesuai dengan karakter tokoh tari yang ditampilkan. Ruang dan tenaga menjadi tuntutan dalam memerankan tokoh yang memiliki karakter. Ruang gerak sempit untuk karakter halus. Ruang gerak luas untuk karakter gagah. Keseluruhan wiraga, wirama, dan wirasa yang tersusun memberikan kesan seimbang, tenang, dan mengalun.

4. Tari Zapin dari Sumatera  

materi Seni Budaya kelas 11 bab 1

Wiraga : geraknya ringan melayang.

Wirama : pergerakan kaki cepat mengikuti rentak pukulan gendang.

Wirasa : dinamis.

5. Tari Melayu

Ciri khas gerak tari Melayu yaitu wiraga penari yang bergerak melayang ringan seperti berselancar meniti aliran air, kadang meloncat ringan seperti riak gelombang yang memecah membentur karang-karang kecil. Wirama berkembang dari tempo yang perlahan, merambat cepat, dan mencapai klimaks kecepatan dibagian akhir. Wirasa tari ditampilkan dalam keriangan. 

Nilai etis tari Melayu selaras dengan konsep budaya Melayu yang terekam dalam folklore Minang ‘alam takambang jadi guru, adat basandi sara, sara basandi kitabullah‘ artinya alam yang berkembang menjadi guru, adat yang bersendi pada hukum, hukum yang bersendi pada kitab ALLAH. 

Budaya Melayu identik dengan Islami, yang tampak pada busana para penari yang selalu menutup tubuh.

Tari Rwa Bhineda

Dalam nilai etis tari Bali, terdapat Rwa Bhineda atau dua yang berbeda, yaitu dua kekuatan yang selalu bersaing di dunia. Manusia berada di tengah dua kekuatan besar tersebut. Manusia selalu dituntut dinamis dalam menghadapi dan mengantisipasi dua kekuatan yang berbeda dan bertentangan. 

Konsep budaya rwa bhineda tercermin dalam nilai estetis tari Bali yang selalu dinamis dan energik dalam gerak yang cenderung tidak seimbang.

Musik Iringan Tari

Musik Iringan tari ada 2 yaitu musik Internal dan Eksternal. Musik internal adalah musik atau bunyi-bunyian yang berasal dari anggota tubuh seperti tepukan tangan atau tepukan ke anggota tubuh, jentikan jari, dan hentakan kaki ke tanah. Contoh seperti Tari Saman (Aceh) atau Kecak (Bali). 

Musik eksternal adalah bunyi-bunyian atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen, yaitu gamelan, keyboard, kendang, angklung, dsb. Contoh : Tari Kandagan (Jabar), Gandrung (Banyuwangi). Iringan tari berfungsi sebagai: 

  1. Iringan penyajian tari 
  2. Menambah semarak dan dinamisnya tari 
  3. Mengatur dan memberi tanda efektif gerak tari 
  4. Pengendali dan pemberi tanda perubahan bentuk gerak 
  5. Penuntun dan pemberi tanda awal dan akhir tari 

Makna Seni Tari Berdasarkan Kajian Tekstual dan Kontekstual

 Makna Tari Berdasarkan Kajian Tekstual 

Tari dapat dikaji secara luas, artinya dalam melihat seni tari tidak hanya sekedar melihat gerak tubuh dan mendengarkan alunan musik saja, melainkan tari perlu dilihat secara lebih utuh dan lengkap berdasarkan pendekatan tekstual dan kontekstual. 

 Terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk mengetahui makna tari berdasarkan kajian tekstual. Tahapan tersebut adalah proses mengamati semua unsur atau elemen dalam tari yang tampak oleh indera, tidak hanya elemen pokok berupa penari ataupun gerak tari, tetapi dengan mengamati juga seluruh elemen pendukungnya. 

1. Mengamati penari sebagai pelaku pertunjukan 

Penari sebagai pelaku tari merupakan objek yang bisa diamati secara tekstual. Makna tari berdasarkan kajian tekstual dapat diamati dalam beberapa kategori, antara lain penari berdasarkan jenis kelamin, penari berdasarkan usia, penari berdasarkan jumlah penari dalam pertunjukan atau ciri-ciri dan kriteria khusus isik penari. Dalam kepercayaan masyarakat suatu daerah, terdapat beberapa pertunjukan tari yang tidak lazim dibawakan oleh jenis kelamin tertentu. Contoh tari yang pada pertunjukannya terikat dengan gender adalah tari Bedhaya Ketawang, yaitu tari klasik yang ditampilkan dalam lingkungan kasunanan Surakarta yang hanya boleh dilakukan oleh perempuan. Hal itu karena berkaitan dengan makna perempuan sebagai penyeimbang dan sumber dalam kehidupan. Kategorisasi penari yang menggambarkan makna berdasarkan kategorisasi usia, contohnya tari Tarawangsa dalam upacara Ngalaksa di desa Rancakalong, Sumedang. Penari yang berumur lanjut atau menopause melambangkan kematangan diri dan orang yang paling dekat menuju Sang Maha Pencipta, sehingga dalam tarian ini tidak dapat digantikan oleh remaja karena kesakralan tariannya tidak akan tercapai. Selanjutnya makna tari terikat pada kategori berdasarkan jumlah penari. Secara tekstual bilangan ganjil genap memiliki makna tersendiri yang erat kaitan dengan kepercayaan masyrakat. Angka 1, 3, 5, 7 dan 9 biasanya terdapat pada tari-tarian upacara yang bersifat sakral. 

2. Mengamati Gerak 

Gerak terdiri dari ruang, tenaga dan waktu. Desain gerak, tempo dan tenaga memiliki kaitan dengan makna tari. Tari dengan gerak, tempo lambat dan ruang yang sempit memiliki makna yang umumnya menceritakan tentang kesedihan, sedangkan gerak dengan tempo cepat, tenaga yang kuat, serta ruang yang lebar mengandung makna kebebasan. Mengamati elemen gerak tari merupakan bagian paling utama dalam menganalisis makna tari berdasarkan kajian tekstual, karena melalui gerak kita dapat melihat rangkaian isi cerita yang disampaikan, baik melalui gerak murni maupun maknawi. 

3. Mengamati Musik 

Musik iringan tari dalam kajian tekstual adalah memahami makna musik iringan tari dari aspek tempo, volume dan dinamika untuk membantu penciptaan suasana. Misalnya tempo yang lambat dengan volume kecil atau samar melambangkan suasana yang khusuk dan hening, sedangkan musik dengan tempo cepat dapat menggambarkan kecerian. 

4. Mengamati Tata Rias, Busana dan Properti 

Tata rias, busana, properti maupun aksesori merupakan elemen yang dapat dianalisis berdasarkan bentuk, warna, dan material atau bahan bakunya. Contoh untuk melambangkan karakter jahat seperti buto (raksasa), bentuk pakaiannya bisa dibuat sedemikian rupa dengan desain celana pendek hitam, badan diberi riasan cat/body painting dengan warna hijau, tata rias wajah dapat menggunakan tata rias fantasy, aksesori kepala berupa rambut palsu yang materialnya kasar sehingga rambut terkesan kusut. Desain rias, busana dan properti seperti ini ingin menunjukan karakter tokoh Buto (raksasa) yang seram. Contoh lainnya, desain baju dengan gaun selendang yang menjuntai, kain dengan corak khusus dihiasi taburan prada atau payet, dan tata rias korektif, mengandung makna tekstual bahwa koreografer ingin menampilkan tokoh putri yang memiliki karakter lemah lembut.  

5. Mengamati Tata Pentas dan Penonton 

Tata pentas tidak selalu berarti panggung atau stage. Tempat pertunjukan dapat berupa tempat alaminya sesuai dengan fungsi tari nya. Pentas dengan keadaan panggung sesuai dengan kejadian alaminya, biasanya dilaksanakan untuk pementasan jenis koreograi lingkungan. Pada tarian tradisional yang erat kaitannya dengan upacara sedekah laut biasanya dipertunjukkan di pesisir pantai. Tata pentas biasanya dilengkapi dengan setting maupun dekorasi. Setting adalah segala peralatan di atas pentas untuk mendukung konsep tari. Dekorasi adalah segala peralatan di atas pentas yang fungsinya untuk memperindah panggung. Posisi duduk penonton dan keterlibatan penonton sebagai pelaku seni memiliki hubungan yang erat dengan makna tari yang ingin ditampilkan. Pada tari-tari ritual, posisi penonton tidak ada batas dengan penari, penonton terkadang menjadi bagian dari pelaku upacara. Contoh lain pada tari-tari yang dipentaskan di Keraton. Letak tempat duduk penonton lebih tinggi dari pentas dan terdapat batas jarak dengan pelaku seni, letak penonton tersebut memiliki makna bahwa tarian tersebut dipertunjukan untuk menghormati orang yang kedudukannya lebih tinggi, misalnya sosok tetua adat, pejabat atau raja.


Makna Seni Tari Berdasarkan Kajian Kontekstual 

 Kajian makna tari secara kontekstual merupakan pengkajian tari yang terfokus pada kaitan tari dengan sosial dan budaya masyarakat pendukung tari tersebut. Kajian tari secara kontekstual erat kaitannya dengan fungsi tari dan nilai-nilai yang berhubungan dengan fungsinya bagi masyarakat, Sediawati (1981) mengungkapkan bahwa fungsi dari seni dapat diklasiikasikan ke dalam tujuh hal, yaitu pemanggilan kekuatan gaib, penjemputan roh-roh pelindung untuk hadir di tempat pemujaan, memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat, peringatan pada nenek moyang dengan menirukan  kegagahan maupun kesigapan, pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat hidup seseorang, pelengkap upacara sehubungan dengan saat-saat tertentu dan perputaran waktu, dan perwujudan dari dorongan untuk mengungkapkan keindahan semata. 

Makna tari secara kontekstual dapat dilakukan dengan cara melihat nilai-nilai yang berkaitan dengan fungsi tari berikut. 

1. Nilai yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, 

Pada umumnya terdapat pada tari-tarian yang memiliki fungsi sebagai upacara. Tari memiliki makna yang secara tidak langsung sebagai doa yang dapat menyampaikan harapan-harapan sebagai manusia dalam menjaga keseimbangan dalam hidup. 

2. Nilai yang mengatur hubungan manusia dengan alam, 

Terdapat pada tari yang berfungsi sebagai ritual maupun hiburan, nilai-nilai tersebut berisi pesan untuk menjaga kebersihan, melestarikan alam, lora dan fauna. Pada tari tradisional, nilai-nilai yang mengatur hubungan manusia dengan alam terdapat pada tarian yang tumbuh di masyarakat agraris, peladang, maupun pesisir. 

3. Nilai yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, 

contohnya nilai kesopanan, nilai tanggung jawab dan nilai-nilai toleransi keberagaman. Nilai-nilai ini biasanya terdapat pada tari-tarian pergaulan, maupun tarian yang berfungsi sebagai media pendidikan.

MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA

 MEMBUAT KARYA TARI SEDERHANA  Menurut Alma Hawkins (1990) dalam buku “Mencipta Lewat Tari (Creating Trough Dance )”, terdapat beberapa tah...