Makna Tari Berdasarkan Kajian Tekstual
Tari dapat dikaji secara luas, artinya dalam melihat seni tari tidak hanya sekedar melihat gerak tubuh dan mendengarkan alunan musik saja, melainkan tari perlu dilihat secara lebih utuh dan lengkap berdasarkan pendekatan tekstual dan kontekstual.
Terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk mengetahui makna tari berdasarkan kajian tekstual. Tahapan tersebut adalah proses mengamati semua unsur atau elemen dalam tari yang tampak oleh indera, tidak hanya elemen pokok berupa penari ataupun gerak tari, tetapi dengan mengamati juga seluruh elemen pendukungnya.
1. Mengamati penari sebagai pelaku pertunjukan
Penari sebagai pelaku tari merupakan objek yang bisa diamati secara tekstual. Makna tari berdasarkan kajian tekstual dapat diamati dalam beberapa kategori, antara lain penari berdasarkan jenis kelamin, penari berdasarkan usia, penari berdasarkan jumlah penari dalam pertunjukan atau ciri-ciri dan kriteria khusus isik penari. Dalam kepercayaan masyarakat suatu daerah, terdapat beberapa pertunjukan tari yang tidak lazim dibawakan oleh jenis kelamin tertentu. Contoh tari yang pada pertunjukannya terikat dengan gender adalah tari Bedhaya Ketawang, yaitu tari klasik yang ditampilkan dalam lingkungan kasunanan Surakarta yang hanya boleh dilakukan oleh perempuan. Hal itu karena berkaitan dengan makna perempuan sebagai penyeimbang dan sumber dalam kehidupan. Kategorisasi penari yang menggambarkan makna berdasarkan kategorisasi usia, contohnya tari Tarawangsa dalam upacara Ngalaksa di desa Rancakalong, Sumedang. Penari yang berumur lanjut atau menopause melambangkan kematangan diri dan orang yang paling dekat menuju Sang Maha Pencipta, sehingga dalam tarian ini tidak dapat digantikan oleh remaja karena kesakralan tariannya tidak akan tercapai. Selanjutnya makna tari terikat pada kategori berdasarkan jumlah penari. Secara tekstual bilangan ganjil genap memiliki makna tersendiri yang erat kaitan dengan kepercayaan masyrakat. Angka 1, 3, 5, 7 dan 9 biasanya terdapat pada tari-tarian upacara yang bersifat sakral.
2. Mengamati Gerak
Gerak terdiri dari ruang, tenaga dan waktu. Desain gerak, tempo dan tenaga memiliki kaitan dengan makna tari. Tari dengan gerak, tempo lambat dan ruang yang sempit memiliki makna yang umumnya menceritakan tentang kesedihan, sedangkan gerak dengan tempo cepat, tenaga yang kuat, serta ruang yang lebar mengandung makna kebebasan. Mengamati elemen gerak tari merupakan bagian paling utama dalam menganalisis makna tari berdasarkan kajian tekstual, karena melalui gerak kita dapat melihat rangkaian isi cerita yang disampaikan, baik melalui gerak murni maupun maknawi.
3. Mengamati Musik
Musik iringan tari dalam kajian tekstual adalah memahami makna musik iringan tari dari aspek tempo, volume dan dinamika untuk membantu penciptaan suasana. Misalnya tempo yang lambat dengan volume kecil atau samar melambangkan suasana yang khusuk dan hening, sedangkan musik dengan tempo cepat dapat menggambarkan kecerian.
4. Mengamati Tata Rias, Busana dan Properti
Tata rias, busana, properti maupun aksesori merupakan elemen yang dapat dianalisis berdasarkan bentuk, warna, dan material atau bahan bakunya. Contoh untuk melambangkan karakter jahat seperti buto (raksasa), bentuk pakaiannya bisa dibuat sedemikian rupa dengan desain celana pendek hitam, badan diberi riasan cat/body painting dengan warna hijau, tata rias wajah dapat menggunakan tata rias fantasy, aksesori kepala berupa rambut palsu yang materialnya kasar sehingga rambut terkesan kusut. Desain rias, busana dan properti seperti ini ingin menunjukan karakter tokoh Buto (raksasa) yang seram. Contoh lainnya, desain baju dengan gaun selendang yang menjuntai, kain dengan corak khusus dihiasi taburan prada atau payet, dan tata rias korektif, mengandung makna tekstual bahwa koreografer ingin menampilkan tokoh putri yang memiliki karakter lemah lembut.
5. Mengamati Tata Pentas dan Penonton
Tata pentas tidak selalu berarti panggung atau stage. Tempat pertunjukan dapat berupa tempat alaminya sesuai dengan fungsi tari nya. Pentas dengan keadaan panggung sesuai dengan kejadian alaminya, biasanya dilaksanakan untuk pementasan jenis koreograi lingkungan. Pada tarian tradisional yang erat kaitannya dengan upacara sedekah laut biasanya dipertunjukkan di pesisir pantai. Tata pentas biasanya dilengkapi dengan setting maupun dekorasi. Setting adalah segala peralatan di atas pentas untuk mendukung konsep tari. Dekorasi adalah segala peralatan di atas pentas yang fungsinya untuk memperindah panggung. Posisi duduk penonton dan keterlibatan penonton sebagai pelaku seni memiliki hubungan yang erat dengan makna tari yang ingin ditampilkan. Pada tari-tari ritual, posisi penonton tidak ada batas dengan penari, penonton terkadang menjadi bagian dari pelaku upacara. Contoh lain pada tari-tari yang dipentaskan di Keraton. Letak tempat duduk penonton lebih tinggi dari pentas dan terdapat batas jarak dengan pelaku seni, letak penonton tersebut memiliki makna bahwa tarian tersebut dipertunjukan untuk menghormati orang yang kedudukannya lebih tinggi, misalnya sosok tetua adat, pejabat atau raja.
Makna Seni Tari Berdasarkan Kajian Kontekstual
Kajian makna tari secara kontekstual merupakan pengkajian tari yang terfokus pada kaitan tari dengan sosial dan budaya masyarakat pendukung tari tersebut. Kajian tari secara kontekstual erat kaitannya dengan fungsi tari dan nilai-nilai yang berhubungan dengan fungsinya bagi masyarakat, Sediawati (1981) mengungkapkan bahwa fungsi dari seni dapat diklasiikasikan ke dalam tujuh hal, yaitu pemanggilan kekuatan gaib, penjemputan roh-roh pelindung untuk hadir di tempat pemujaan, memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat, peringatan pada nenek moyang dengan menirukan kegagahan maupun kesigapan, pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat hidup seseorang, pelengkap upacara sehubungan dengan saat-saat tertentu dan perputaran waktu, dan perwujudan dari dorongan untuk mengungkapkan keindahan semata.
Makna tari secara kontekstual dapat dilakukan dengan cara melihat nilai-nilai yang berkaitan dengan fungsi tari berikut.
1. Nilai yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
Pada umumnya terdapat pada tari-tarian yang memiliki fungsi sebagai upacara. Tari memiliki makna yang secara tidak langsung sebagai doa yang dapat menyampaikan harapan-harapan sebagai manusia dalam menjaga keseimbangan dalam hidup.
2. Nilai yang mengatur hubungan manusia dengan alam,
Terdapat pada tari yang berfungsi sebagai ritual maupun hiburan, nilai-nilai tersebut berisi pesan untuk menjaga kebersihan, melestarikan alam, lora dan fauna. Pada tari tradisional, nilai-nilai yang mengatur hubungan manusia dengan alam terdapat pada tarian yang tumbuh di masyarakat agraris, peladang, maupun pesisir.
3. Nilai yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya,
contohnya nilai kesopanan, nilai tanggung jawab dan nilai-nilai toleransi keberagaman. Nilai-nilai ini biasanya terdapat pada tari-tarian pergaulan, maupun tarian yang berfungsi sebagai media pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar